Disebutkan, kekerasan bersenjata ini terindikasi karena akan diselengarakannya pemilihan nasional pada 5 Juni 2020.
Baca juga: Kerajaan Inggris Akan Kirim Kapal Perang ke Perairan Ukraina
Baca juga: Rusia Sebut Sanksi Akan Mendorong Myanmar Menuju Perang Saudara
Ketua Dewan Pemilihan Nasional, Birtukan Medeksa, mengatakan ketidakamanan telah menghentikan sementara pendaftaran pemilih di beberapa lokasi.
Birtukan Medeksa mengatakan kerusuhan yang berlanjut dapat menghambat upaya untuk mengatur pemungutan suara.
Terutama di zona khusus Shoa Utara dan Oromo, daerah yang kini mengalami kekerasan bersenjata.
Perdana Menteri Abiy Ahmed ditengarai bertanggung jawab atas insiden ini.
Pasalnya kekerasan bersenjata juga melibatkan Partai Kemakmuran partai pendukung Abiy Ahmed, terutama bentrokan antara sayap Oromo dan Amhara dalam tubuh partai.
Baca juga: Akhiri Perang 20 Tahun, Joe Biden akan Tarik Tentara AS dari Afghanistan Paling Lambat 11 September
Baca juga: Joe Biden Hentikan Perang AS-Taliban di Afghanistan: Ini Waktunya Akhiri Forever War
Tidak Hanya di Amhara
Keadaan darurat perang tidak hanya terjadi di Amhara negara bagian selatan Ethiopia.
Di negara bagian utara Ethiopia, tepatnya wilayah Tigray sudah terjadi peperangan sebelum inseden di Amhara.
Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) adalah kelompok yang terus memberontak pada pemerintah.
Meskipun sudah dilakukan pelucutan senjata, namun anggota TPLF terus membentuk kantung-kantung pemberontakan di Tigray.
Meskipun militer Ethiopia mendapat dukungan dari wilayah Eritrea dan Amhara, yang berbatasan dengan Tigray di selatan sebagian besar pemimpin TPLF tetap dalam pelarian.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Tak Berminat Selesaikan Konflik Israel-Palestina
Baca juga: Reaksi Biden Tahu Menterinya Cekcok dengan China di KTT Anchorage: Saya Bangga
Kelompok baru pemberuntakan pun muncul setelah pelucutan senjata, yaitu Pasukan Pertahanan Tigray.
Pemberontakan di Tigray dipicu kekecewaan dan kemarahan akibat tidak diselesaikannya permasalahan pembunuhan massal dan pemerkosaan, termasuk yang dilakukan oleh tentara dari Eritrea, musuh bebuyutan TPLF.