Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Hingga 18 April 2021, hanya 718.396 warga di Jepang yang telah divaksinasi Covid-19 dosis kedua, dari total hampir 1,2 juta warga yang telah divaksinasi di Jepang.
"Tampak terlambat sekali pemerintah Jepang melakukan vaksinasi. Tak heran kalau infeksi corona terus menular dan meluas hingga saat ini," papar Watanabe, seorang warga Tokyo kepada Tribunnews.com, Senin (19/4/2021).
Sementara pemerintah lewat Menteri Vaksinasi Taro Kono dan PM Jepang Yoshihide Suga sudah meyakini masyarakat akan datangnya vaksin Pfizer sebanyak 200 juta dosis per September 2021.
Sehingga diharapkan akhir September warga Jepang telah divaksinasi semuanya, selambatnya Oktober sudah selesai vaksinasi dosis kedua.
Namun beberapa pihak meragukan hal tersebut.
"Apa benar bisa selesai sampaik Oktober sementara jadwal vaksinasi terus molor hingga saat ini," papar Dr Yoshihiro Kitamura, Profesor Kehormatan Universitas Kedokteran Jepang mengingatkan lewat TBS TV, Senin (19/4/2021).
Dalam jangka panjang, ada juga masalah di mana pengendalian penyakit menular belum ditekankan dalam perawatan medis Jepang.
Karena hanya sedikit staf medis yang terlibat dalam pengobatan penyakit menular, tidak cukup tenaga kerja selama epidemi dan staf khusus untuk membimbing orang-orang yang terlibat.
"Saat ini hanya sekitar 30 persen fakultas kedokteran yang memiliki kurikulum khusus (kursus) untuk penyakit menular. Berdasarkan hikmah dari wabah ini, semua fakultas kedokteran sebaiknya membuka kursus tentang penyakit menular," kata Kazuhiro Tateda, seorang profesor di Toho University.
Baca juga: Tokyo Jepang Pertimbangkan Keluarkan Deklarasi Darurat Covid-19 Minggu Depan
Dengan dibukanya kursus tersebut, departemen klinis permanen independen akan didirikan di rumah sakit universitas, dan akan diperlukan banyak staf seperti perawat spesialis serta dokter seperti profesor, profesor asosiasi, dosen, dan asisten profesor.
Dengan staf seperti itu, dimungkinkan tidak hanya untuk menanggapi wabah, tetapi juga untuk menginstruksikan staf departemen klinis dan institusi medis lain.
Melalui pengiriman SDM terlatih ke RS Inti daerah diharapkan tingkat pengendalian penyakit menular di pelayanan medik daerah dapat ditingkatkan. Untuk itu, dukungan manajemen sangat diperlukan.
"Perlu untuk menetapkan biaya medis dengan alasan bahwa tingkat hunian akan turun sampai batas tertentu selama periode ketika penyakit menular tidak lazim, dan ketika memberikan saran tentang perawatan pasien di departemen klinis lain, itu harus disebut "biaya konsultan".
"Jika Anda tidak menetapkannya, itu tidak akan layak secara finansial. Karena virus corona baru ini bukan epidemi penyakit menular terakhir, saya ingin Anda mengambil tindakan ini sebagai bagian dari manajemen krisis," kata Profesor Tateda lebih lanjut.
Dengan peningkatan tinggi kembali jumlah warga yang terinfeksi corona terutama di Osaka dan Tokyo, jumlah tempat tidur rumah sakit semakin ketat dan menyulitkan penderita baru memasuki rumah sakit di Jepang.
Mulai besok Tokyo dan 9 kota prefektur yang ada di Jepang akan memulai Tindakan Prioritas (di bawah lewvel PSBB) sampai dengan 11 Mei 2021.
Sementara itu telah terbit buku baru "Rahasia Ninja di Jepang" berisi kehidupan nyata ninja asli di Jepang yang penuh misteri, mistik, ilmu beladiri luar biasa dan tak disangka adanya penguasaan ilmu hitam juga. informasi lebih lanjut ke: info@ninjaindonesia.com