“Chad tidak memiliki wakil presiden dan, secara hukum Majelis Nasional menyelesaikan masa jabatan presiden petahana yang meninggal," tulis Sogunro di akun twitternya.
Angkatan Darat yang merebut kekuasaan dan memberikannya kepada putra presiden (yang merupakan mantan wakil kepala staf presiden) adalah kudeta dan inkonstitusional," lanjutnya.
Abubakar Sidiq Usman, seorang blogger Nigeria yang menjabat sebagai asisten khusus Presiden Senat Nigeria Ahmad Lawan, mencatat sudah ada laporan tentang para jenderal yang dieksekusi sejak Mahmud ibn Idriss mengambil alih kekuasaan.
“Apakah kematian (Déby) benar-benar disebabkan oleh apa yang dilaporkan atau sesuatu yang lain?” tanyanya.
Nathanial Powell, penulis buku "Perang Prancis di Chad: Intervensi Militer dan Dekolonisasi di Afrika," mengatakan kepada Al Jazeera, langkah tersebut secara teknis adalah kudeta.
Tetapi ini memberi isyarat kepada rakyat Chad tetapi juga komunitas internasional bahwa ada komitmen mutlak untuk kelangsungan rezim.
“Itu mengirimkan pesan yang sangat kuat ke Prancis dan mitra internasional Chad lainnya, mereka dapat mengharapkan kontinuitas,” kata Powell.
“Saya pikir itulah pesan yang mereka coba kirimkan. Apakah mereka dapat mempertahankannya, itu adalah pertanyaan lain," lanjut Powell.
Idris Déby yang berusia 68 tahun telah membimbing putranya itu untuk peran tersebut selama beberapa tahun terakhir.
Memang, seperti ayahnya, Mahmud ibn Idriss adalah seorang perwira militer yang menjabat sebagai wakil komandan detasemen tentara Chad ke Mali sebagai bagian dari Operasi Barkhane.
Di bawah Ibn Déby, pasukan Chad bertempur dari Mali ke Darfur, dari Libya hingga Republik Afrika Tengah, menjadi salah satu pasukan yang paling tangguh dalam pertempuran di Afrika tengah.
Idris Deby Teman Pemberani Prancis
Setelah berita kematian Idris Déby, kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron memujinya sebagai teman pemberani dan prajurit hebat.
"Chad kehilangan seorang tentara hebat dan seorang presiden yang telah bekerja tanpa lelah untuk keamanan negara dan stabilitas kawasan selama tiga dekade," kata Macron di saluran France24.