"Kelalaian dalam hal seperti itu bukan kesalahan, tapi kejahatan yang harus ditanggung oleh semua pihak yang lalai," ujarnya.
Dia memberi waktu 24 jam kepada otoritas Irak untuk mempresentasikan hasil investigasi.
Baca juga: Raja Salman Dirawat di Rumah Sakit, PM Irak Mustafa Al-Kadhemi Tunda Kunjungan ke Arab Saudi
Baca juga: Pemboman di Irak: ISIS Akui Pihaknya Berada di Balik Serangan Bom Bunuh Diri Kembar di Baghdad
Kesaksian Keluarga Pasien di Rumah Sakit
Kerabat pasien bergegas selama kebakaran untuk menyelamatkan orang yang mereka cintai.
Ahmed Zaki, yang mengunjungi saudaranya ketika kebakaran terjadi, menggambarkan orang-orang melompat keluar jendela saat api menyebar dengan cepat ke seluruh unit yang diperlengkapi untuk merawat pasien COVID-19.
"Awalnya ada ledakan lalu orang-orang melompat," ujarnya.
Baca juga: 28 Orang Tewas dalam Serangan Bom Bunuh Diri Kembar di Baghdad Irak
Suplai Oksigen Tidak Sentral
Rumah sakit Irak biasanya tidak memiliki pasokan oksigen terpusat dan pasien yang membutuhkannya diberi tabung yang ditempatkan di samping tempat tidur mereka.
Mengingat kekurangan staf, kerabat terkadang diminta untuk mengganti silinder, kata seorang dokter kepada Al Jazeera.
"Mayoritas korban meninggal karena harus dipindahkan dan ventilator dilepas, sementara yang lain mati lemas karena asap," kata pembela sipil.
Kementerian kesehatan, yang tidak mengeluarkan pernyataan sampai beberapa jam setelah kebakaran, mengatakan telah "menyelamatkan lebih dari 200 pasien".
Gubernur Baghdad Mohammed Jaber meminta kementerian kesehatan "untuk membentuk komisi penyelidikan sehingga mereka yang tidak melakukan pekerjaan mereka dapat diadili".
Utusan PBB untuk Irak Jeannine Hennis-Plasschaert mengungkapkan "keterkejutan dan rasa sakit" atas insiden itu dalam sebuah pernyataan dan menyerukan tindakan perlindungan yang lebih kuat di rumah sakit.
Irak meluncurkan kampanye vaksinasi virus corona bulan lalu dan telah menerima hampir 650.000 dosis vaksin yang berbeda.