TRIBUNNEWS.COM - Pasca setujui konsensus, aparat Myanmar dilaporkan menembak warga sipil dan terjadi pertempuran di pos terdepan tentara Myanmar, dekat perbatasan timur Thailand pada Selasa (27/4/2021).
Dilansir Nikkei Asia, wilayah pertempuran itu sebagian besar dikuasai pasukan tentara etnis Karen.
Serikat Nasional Karen mengatakan telah merebut posisi militer setelah melalui serangkaian bentrokan sengit.
Pertempuran itu terjadi beberapa hari setelah KTT ASEAN membuahkan konsensus, salah satunya meminta junta militer mengakhiri kekerasan.
Penduduk desa di seberang Sungai Salween di Thailand mengatakan terjadi baku tembak hebat sejak pagi buta.
Baca juga: Aparat Myanmar Tembak Mati Warga, Dua Hari Setelah ASEAN Hasilkan Konsensus
Baca juga: Aktivis Myanmar Serukan Kampanye Tak Bayar Listrik hingga Larang Anak-anak Bersekolah
Video yang diposting di media sosial menunjukkan api dan asap di lereng bukit berhutan.
Pasukan Persatuan Nasional Karen (KNU) telah mengambil pos terdepan sekitar pukul 5 pagi hingga 6 pagi, kata kepala urusan luar negeri kelompok itu Padoh Saw Taw Nee.
Taw Nee mengatakan kamp militer telah diduduki dan dibakar dan masih menyisir korban tewas atau terluka.
Juru bicara tersebut mengatakan telah terjadi pertempuran di lokasi lain juga, tetapi tidak memberikan rincian.
Pusat Informasi Karen, media lokal dari kelompok etnis itu melaporkan bahwa pangkalan militer telah dikuasai.
Dikatakan penduduk desa melihat tujuh tentara melarikan diri.
Tentara Myanmar belum memberikan komentar terkait hal ini.
Menurut penduduk desa Thailand yang melakukan kontak dengan tentara, pangkalan militer di perbatasan Thailand sebagian besar telah dikepung oleh pasukan KNU.
Selain itu stok makanan telah menipis dalam beberapa pekan terakhir.
Seorang pejabat Thailand dari Provinsi Mae Hong Son mengatakan satu orang terluka di Thailand selama pertempuran itu, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Kelompok Karen mengatakan 24.000 orang telah mengungsi dalam beberapa pekan terakhir akibat kekerasan, termasuk militer yang melakukan serangan udara dimana mereka berlindung di hutan.
Beberapa dari puluhan kelompok bersenjata Myanmar menentang junta militer yang telah membunuh lebih dari 750 warga sipil yang melakukan protes.
Sementara itu di lokasi lain, hanya ada sedikit laporan kekerasan terjadi.
Baca juga: Jokowi Minta 3 Komitmen Junta Militer Myanmar, Hentikan Kekerasan hingga Pembukaan Akses Bantuan
Baca juga: Netizen Myanmar Kritik Konsensus KTT ASEAN, Sebut Tak Ada Pertanggungjawaban untuk Korban Tewas
Namun media Myanmar melaporkan ada satu orang yang ditembak mati oleh aparat di Kota Mandalay pada Senin lalu dan kondisinya belum jelas.
Akibatnya, massa anti-kudeta berjanji untuk meningkatkan aksinya menentang militer.
Pada Senin, pengunjuk rasa mengimbau masyarakat untuk berhenti membayar tagihan listrik dan pinjaman pertanian serta menjauhkan anak-anak mereka dari sekolah.
Aktivis juga mengkritik lima poin konsensus dari KTT ASEAN.
Mereka menyebut konsensus itu tidak membuat junta jera dengan tindakan kekerasan dan tidak memenuhi tuntutan mereka.
Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik mengatakan lebih dari 3.400 orang telah ditahan karena menentang kudeta.
Berita terkait Krisis Myanmar
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)