Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Ratusan atlet asing yang masuk ke Jepang mulai China, Swedia, Italia dan sebagainya harus melalui jalur khusus yang telah disediakan saat memasuki hotel penginapannya agar tidak tercampur dengan tamu umum.
"Kita ingin benar-benar terpisah antara rombongan atlit asing untuk olimpiade dengan tamu umum yang datang ke sini," papar Keiichi Tada General manager Hotel East Side Tokyo yang hotelnya jadi tempat menginap rombongan atlet Swedia loncat indah renang.
Sejak akhir April sekitar 27 April sekitar 230 atlit dari 45 negara telah berdatangan ke Jepang baik atlit bola Volley maupun loncat indah renang sebagai pemanasan menuju Olimpiade yang akan dibuka 23 Juli 2021.
Setelah pemeriksaan tes PCR di bandara internasional Narita dan Haneda, setiap hari selama 3 hari pertama di tes PCR pula di hotel atau asrama atlit tiap negara.
Apabila negatif, mereka bisa ikut latihan olahraga bersama atlit lain dan akan di tes PCR lagi setiap 3 hari.
Masuk ke hotel tempat penginapan khusus harus lewat jalar khusus lewat pintu masuk belakang agar tidak tercampur dengan tamu umum yang masuk dari pintu masuk depan.
Kemudian naik lift khusus menuju lantai 6 dan 7 saja, kedua lantai untuk rombongan atlit Swedia saja.
Di lantai tersbeut ada hall untuk penyediaan makanan satu set sudah dimasukkan ke dalam kantong plastik. Mereka bisa ambil sendiri di lantai khusus tersbeut makanannya, dibawa ke kamar makan di kamar.
Selama masa karantina khususnya 3 hari pertama tidak boleh sama sekali ke luar dari lantai karantina tersebut.
"Apalagi ke luar hotel sama sekali kami larang keras agar mereka tidak tercampur dengan masyarakat umum," tambah Tada lagi.
Setiap jam makan tersedia menu lengkap dalam bahasa Inggris sehingga para atlit tahu apa yang disantapnya.
"Kami tidak mau ambil resiko tinggi di masa pandemi corona ini jadi kami minta kerjasama yang baik dari semua atlit dan para official olahragawan asing tersebut," lanjutnya lagi.
Beberapa atlit memang tampak terkejut begitu ketatnya karantina di Jepang dan merengek agar diperkenankan jalan-jalan ke taman hotel saja, keluar sejenak. Namun hal itu tetap dilarangnya.
Para atlit dan officials hanya boleh berada di lantai karantina selama masa karantia mereka.
Di lantai karantina itu pula akan dilakukan tes PCR oleh petugas kesehatan yang telah ditentukan.
Pelanggaran protokol kesehatan tersebut menurut buku petunjuk para atlit, merek abisa dilarang ke luar sama sekali, yang pasti dilarang bertanding di kancah olimpiade.
Seorang atlit menyindir, "Kalau begini perlu ruang khusus konsultasi kejiwaan nih, pasti ada yang stres berat di kurung seperti ini, tak boleh apa-apa hanya di kamar saja tiga hari tiga malam," paparnya sambil tertawa.
Sementara itu upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif dengan melalui zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang nantinya. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.