Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kejuaraan dunia FINA Diving World Cup yang dimulai Sabtu lalu (1/5/2021) dengan 200 penyelam dari 45 negara dan wilayah berpartisipasi kecuali Australia, kualifikasi terakhir untuk Olimpiade, dan sekitar 30 anggota tim bola voli putra dan putri China bertanding melawan Jepang di tingkat Internasional menuju Olimpiade sebagai kompetisi persahabatan dua hari, berdatangan ke Tokyo sejak akhir April 2021.
"Kedua acara tersebut juga berfungsi sebagai acara uji coba untuk Olimpiade Tokyo, yang diadakan di tempat-tempat yang diharapkan dapat digunakan untuk Olimpiade mendatang," papar sumber Tribunnews.com Senin (3/5/2021).
Tema acara ini adalah untuk mewujudkan Tokyo Games selain memeriksa prosedur operasi dan peralatan di setiap fasilitas.
Di Tokyo Aquatics Center di Daerah Koto, percikan air ke dalam kolam menggema di seluruh gedung saat enam hari Piala Dunia Selam diadakan tanpa penonton.
Pertandingan persahabatan Pertandingan Bola Voli Internasional diadakan tanpa penonton pula pada hari Sabtu di Ariake Arena di Daerah Koto, Tokyo.
Setelah menyelesaikan penyelaman mereka, para pemain berhenti di tepi kolam untuk berbicara kepada media.
Reporter berdiri di bagian berpartisi kaca, mewawancarai pemain menggunakan mikrofon dan speaker yang dipasang di tepi kolam renang dan di dalam area yang dipartisi.
Sekitar 200 penyelam dari luar negeri mulai tiba di Jepang pada akhir April untuk mempersiapkan acara tersebut.
Mereka menjalani tes virus corona baru sebelum kedatangan dan ketika mereka memasuki Jepang.
Mereka diangkut dengan bus khusus dari bandara ke hotel yang ditentukan dan melewati pintu masuk khusus yang dikawal oleh staf hotel yang memakai pelindung wajah.
Di hotel, seluruh lantai disediakan untuk para atlet untuk mengisolasi mereka dalam satu dua lantai.
Tindakan pengendalian COVID-19 tersebut menyoroti situasi di mana tidak ada penundaan lebih lanjut dari acara uji coba yang dapat diizinkan.
Piala Dunia Selam semula seharusnya dimulai pada 18 April dan pernah berada di ambang pembatalan. Federasi Renang Jepang (JASF) sangat ingin mengadakan kualifikasi, tetapi Federation Internationale de Natation (FINA), badan renang internasional yang menyelenggarakan acara tersebut, tidak puas dengan pengendalian COVID-19 Jepang.
FINA telah mengatakan dalam pernyataan tertulis bahwa penanganan pandemi di Jepang tidak memadai dan telah memposting di situs webnya bahwa Piala Dunia dan acara lain yang akan diadakan di Jepang akan dibatalkan.
Melalui negosiasi, Jepang berhasil menjadi tuan rumah Piala Dunia Selam, tetapi Australia menghentikan pengiriman atletnya ke ajang tersebut karena kekhawatiran atas situasi infeksi di Jepang.
Kekhawatiran serius akan muncul di dalam dan luar negeri jika atlet yang bertanding di Jepang dalam acara uji coba terinfeksi dan dipaksa keluar dari Olimpiade.
"Kami berharap acara ini berlangsung sukses dan tentu pula tidak mau gagal termasuk Olimpiade mendatang," papar sumber itu lagi dari JASF.
Kontrol virus yang ketat membebani pemain, secara mental dan fisik.
Pada hari pertama Piala Dunia Selam, pelatih kepala tim Jerman mengatakan para atlet tidak memiliki ruang mental. Pelatih berkata sayang sekali mereka bahkan tidak bisa mendapatkan udara segar. Dia memohon untuk setidaknya diizinkan berjalan di taman hotel atau tempat parkir. Namun dilarang ketat oleh Panitia.
Selain harus menjaga kondisi tubuh, ada juga beberapa atlet yang enggan sering menjalani tes virus.
Sedangkan untuk tim voli putra China, anggotanya menjalani pemeriksaan di Bandara Narita dan kemudian dipindahkan ke lobi bandara bersama penumpang reguler.
Memastikan efektivitas pengendalian COVID-19 adalah masalah utama untuk acara uji coba dan Olimpiade Tokyo di masa mendatang.
"Tidak mungkin memberikan jawaban yang sempurna yang akan memuaskan semua peserta atau semua pihak ketika memberikan prioritas utama pada keselamatan dan keamanan masyarakat," lanjutnya.
Untuk atlet, pelatih, dan lainnya yang terkait dengan Olimpiade Tokyo yang memasuki Jepang, pemerintah bermaksud untuk melakukan pengujian menyeluruh untuk virus korona baru saat masuk dan memantau kondisi kesehatan selama mereka tinggal.
Ini tidak hanya akan membantu memastikan keselamatan para atlet untuk menyelenggarakan Olimpiade dan Paralimpiade yang sukses, tetapi juga akan mengurangi kecemasan publik atas masuknya virus.
Warga negara Jepang yang kembali dari luar negeri saat ini harus menjalani tes virus sebelum dan setelah masuk ke Jepang. Langkah-langkahnya akan lebih ketat untuk Olimpiade dan Paralimpiade. Atlet dan pelatih akan diuji dua kali sebelum berangkat sebelum memasuki ke Jepang dan pada saat masuk. Selain itu, pada prinsipnya mereka akan diuji setiap hari setelah memasuki Jepang.
"Kami sepakat untuk menerapkan manajemen perilaku yang ketat untuk memastikan keselamatan dan keamanan," kata menteri Olimpiade Tamayo Marukawa kepada wartawan pada hari Rabu minggu lalu setelah langkah-langkah virus corona diputuskan pada pertemuan lima arah yang mencakup Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Kalaupun seseorang terinfeksi, pemerintah bertujuan untuk mencegah penyebaran virus dengan cara memasangnya
Sementara itu upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif dengan melalui zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang nantinya. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.