Varian Baru COVID-19 India dan Afrika Selatan Sudah Masuk Indonesia
Dua varian baru COVID-19 asal India dan Afrika Selatan telah ditemukan di Indonesia, tepatnya di Jakarta dan Bali.
Masyarakat diminta tetap tenang dan meningkatkan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan.
"Kita tidak perlu panik terhadap temuan mutasi yang berasal dari India dan Afrika Selatan yang sudah masuk ke kita. Meskipun tidak panik kita harus meningkatkan kewaspadaan," kata Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, kepada Tribunnews, Senin (3/5/2021).
Politikus PDI Perjuangan (PDIP) itu mengatakan, mutasi virus merupakan sebuah keniscayaan.
Mutasi tersebut bisa membuat kerja dari penyebaran virus lebih cepat atau lambat dan lebih berbahaya atau tidak berbahaya.
Namun, Rahmad mengatakan bahwa pada faktanya saat ini, kasus penyebaran virus corona di India sangat cepat.
Baca juga: BREAKING NEWS, Menkes Umumkan Varian Baru Corona dari India dan Afrika Selatan Masuk ke Indonesia
Dia kembali mengingatkan bahwa pentingnya menerapkan protokol kesehatan.
"Masyarakat jangan abai, jangan lalai yang selama ini terhadap protokol kesehatan."
"Ayok kita berkaca kepada kasus di India, di sana mutasinya semakin cepat penularannya juga risikonya semakin meningkat, sehingga kita justru menjadikan parameter dari India itu untuk jangan sampai terjadi seperti di India dengan cara meningkatkan disiplin protokol kesehatan," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengatakan terdapat, dua varian baru COVID-19 yang masuk ke Indonesia.
Varian COVID-19 tersebut berasal dari India dan Afrika Selatan yang telah ditemukan di Jakarta dan Bali.
"Sudah ada mutasi baru yang masuk yaitu mutasi dari India, ada 2 insiden yang sudah kita lihat dua-duanya di Jakarta dan satu insiden untuk mutasi dari Afrika Selatan yang masuk, itu yang ada di Bali," kata Budi Gunadi usai rapat terbatas di kantor presiden, Jakarta, Senin, (3/5/2021).
Dua mutasi virus Corona atau SARS-CoV-2 tersebut kata Budi memiliki tingkat penularan yang relatif tinggi, sehingga kata dia penyebaran atau pergerakannya sangat diperhatikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).