TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR – Kementerian Keuangan Malaysia mengumumkan Rabu (26/5) bahwa Tajuddin Abdul Rahman, Kepala Prasanara Malaysia dipecat.
Keputusan yang “berlaku segera” itu terjadi masyarakat mengeritik gurauan Tajuddin saat konferensi pers pada hari Selasa (25/5) terkait tabrakan dua kereta LRT di dekat stasiun KLCC.
Kecelakaan itu, yang terjadi pada Senin (24/5) malam, menyebabkan lebih dari 210 orang terluka. Dua penumpang yang terluka dalam tabrakan tersebut telah menjalani operasi otak, dengan sepertiganya membutuhkan perawatan resusitasi otak.
Berbicara pada konferensi pers pada hari Selasa, Tajuddin tampak bercanda tentang tabrakan tersebut saat menanggapi pertanyaan dari seorang wartawan tentang situasi di terowongan.
"Biasa ... hanya dua gerbong yang bersama. Mereka saling berciuman," kata Tajuddin sambil tertawa saat jumpa pers di televisi.
Baca juga: Penumpang Terlempar dan Ratusan Orang Terluka dalam Tabrakan Dua LRT
The New Straits Times melaporkan pada hari Rabu kemarin bahwa Asosiasi Pengguna Transportasi Umum Malaysia (4PAM) mengkritik perilaku Tajuddin selama konferensi pers.
Presiden 4PAM Ajit Johl mengatakan konferensi pers Tajuddin setelah mengunjungi lokasi tabrakan itu "tidak sopan dan menjijikkan", lapor New Straits Times.
Tidak Pakai Masker
Tajuddin juga sedang diperiksa polisi karena tidak memakai masker saat konferensi pers hari Selasa itu.
Kapolsek Dang Wangi ACP Mohamad Zainal Abdullah mengatakan semua pihak yang terlibat dalam kasus tersebut akan dipanggil ke Mabes Polri Dang Wangi untuk diinterogasi.
"Kami sudah menghubungi Tajuddin dan dia setuju untuk memberikan keterangannya, awak media dan orang lain yang ada di lokasi juga," katanya kepada wartawan.
Baca juga: Penumpang Terlempar dan Ratusan Orang Terluka dalam Tabrakan Dua LRT
Kepala polisi mengatakan pihak berwenang membuka penyelidikan setelah video Tajuddin yang mengenakan pelindung wajah tetapi bukan masker pada konferensi pers menjadi viral di media sosial.
Video dan foto insiden tabrakan dua kereta LRT di Kuala Lumpur Senin malam lalu banyak dimedia sosial, menunjukkan panel kaca pecah dan sejumlah penumpang berdarah.
Kereta LRT mengangkut 213 penumpang melakukan perjalanan dari Stasiun Ampang, bertabrakan dengan LRT kosong yang mengalami malfungsi. Para penumpang terlempar kemudian terhempas ke lantai.
Dilansir The Straits Times, laporan awal menyebutkan human error atau kesalahan manusia menyebabkan kecelakaan tersebut.
"Kecelakaan terjadi karena kesalahan orang yang mengemudikan kereta ke arah yang salah," kata Menteri Transportasi Wee Ka Siong dalam konferensi pers virtual, Selasa.
Baca juga: Kecelakaan LRT di Malaysia Dipicu Kelalaian Masinis, Salah Satu Kereta Melaju ke Arah yang Salah
Wee Ka Siong mengatakan laporan awal dari Badan Transportasi Umum Darat menunjukkan bahwa masinis yang mengemudikan kereta kosong mengarahkan kereta secara manual ke arah yang salah.
Kereta kosong itu dilaporkan alami kerusakan sehingga tidak bisa dioperasikan secara otomatis.
Wee mengatakan kedua kereta awalnya menuju ke arah yang sama, dengan kereta kosong berada di depan.
Tetapi kereta kosong alami kerusakan sehingga terhenti di sebuah stasiun, menyebabkan masinis harus mengoperasikan kereta secara manual.
"Masinis diminta mengemudikan gerbong secara manual dari stasiun Kampung Baru menuju stasiun Dang Wangi."
Baca juga: Malaysia Perpendek Jam Operasional Mal dan Restoran untuk Menahan Lonjakan Kasus Covid-19
Tetapi bukannya menggerakkan kereta ke selatan, masinis justru menggerakkan kereta ke utara, menyebabkannya bertabrakan dengan kereta lain yang ada di belakangnya.
Wee mengatakan 64 orang menerima perawatan di rumah sakit Kuala Lumpur, dengan enam di antaranya dalam kondisi kritis saat itu.
"15 lainnya setengah kritis," kata Dr Wee, tanpa memberikan rincian.
Sebanyak 47 orang lainnya terluka parah dalam kecelakaan itu, sementara 166 lainnya luka ringan.
Komite investigasi yang dipimpin oleh pegawai negeri sipil dari Kementerian Perhubungan dan para ahli dari industri kereta api akan dibentuk setelah kecelakaan itu, kata Wee.
Baca juga: Malaysia Catat Penambahan Kasus Tertinggi Covid-19, 7.478 Kasus Baru Rabu Ini
Perdana Menteri Muhyiddin Yassin pada Senin menyerukan kementerian dan operator kereta Prasarana Malaysia untuk melakukan penyelidikan atas kecelakaan.
Ia juga mendesak agar "tindakan tegas segera diambil".
Prasarana Malaysia mengatakan akan menanggung biaya medis semua korban kecelakaan itu.
Disebut setiap orang di kereta akan menerima RM1.000 (Rp3,4 juta) sebagai kompensasi.
"Prasarana juga akan menanggung biaya hidup bagi siapa saja yang kehilangan penghasilan akibat kecelakaan ini," kata Wee, Selasa.
Kecelakaan ini merupakan kecelakaan pertama yang melibatkan LRT selama 23 tahun pelayanan sejak jalur KA Kelana Jaya dibuka pada tahun 1998.(Tribunnews.com/ChannelNewsAsia/Hasanah Samhudi)