Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, NAYPYIDAW— Pemimpin Myanmar yang dikudeta Aung San Suu Kyi kembali hadir di pengadilan junta militer, Selasa (22/6/2021) waktu setempat.
Seperti dilansir dari AFP dan Channel News Asia, Selasa (22/6/2021), Suu Kyi menghadapi persidangan atas tuduhan melakukan penghasutan dan melanggar aturan pembatasan Covid-19 selama pemilu pada November 2020 lalu.
“Pada hari ini, pengadilan mendengar kesaksian bahwa dia melanggar aturan pembatasan Covid-19 selama pemilu tahun lalu yang mana Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) besutan Suu Kyi menang,” kata pengacaranya The Maung Maung kepada wartawan.
Pengadilan khusus di Naypyidaw juga mendengar kesaksian atas tuduhan penghasutan dalam sidang terpisah.
Baca juga: Dubes Yuddy Sebelum Pamit dari Ukraina Luncurkan Perjalanan Tahun Keempat Dubes RI di Kyiv
Wartawan dilarang meliput persidangan.
“Aung San Suu Kyi tampil dalam kondisi sehat,” kata Maung Maung.
Pertemuan singkat dengan tim hukumnya telah menjadi satu-satunya saluran ke dunia luar untuk Aung San Suu Kyi - yang tetap populer di Myanmar - sejak dia ditahan pada bulan Februari lalu.
Pemimpin Junta Min Aung Hlaing telah membenarkan perebutan kekuasaannya dengan mengutip dugaan kecurangan pemilu dalam jajak pendapat November dan telah mengancam akan membubarkan Partai NLD.
Pengacara Aung San Suu Kyi mengatakan mereka mengharapkan persidangan selesai pada 26 Juli mendatang.
Tuduhan lain terhadapnya termasuk klaim bahwa dia menerima pembayaran emas ilegal dan melanggar undang-undang kerahasiaan era kolonial.
Sidang itu datang ketika junta militer memerangi milisi sipil anti-junta dengan senjata kecil dan granat di kota Mandalay pada hari Selasa, dengan setidaknya empat demonstran dan dua personel keamanan tewas, kata pihak berwenang.
Pertempuran telah berkobar di seluruh Myanmar sejak kudeta Februari lalu, ketika orang-orang membentuk "pasukan pertahanan" untuk memerangi tindakan keras junta militer yang brutal terhadap perbedaan pendapat.(AFP/Channel News Asia)