TRIBUNNEWS.COM, INGGRIS - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melansir data terbaru soal penyebaran Covid-19 di Benua Eropa.
Dalam sepekan ini infeksi Covid-19 meningkat 10% dalam sepekan di Eropa.
Padahal dua bulan sebelum kasus Covid-19 menurun.
WHO mengkhawatirkan risiko gelombang baru Covid-19 di Eropa dalam waktu dekat.
Direktur Regional WHO, Hans Kluge, mengatakan risiko telah meningkat karena peluncuran vaksin yang lamban, varian baru, dan peningkatan interaksi sosial.
WHO juga menyebut perhelatan sepak bola Euro 2020 sebagai "penyebar luar biasa" Covid-19.
Sebelumnya ratusan suporter sepak bola yang kembali dari London dan St Petersburg dinyatakan positif Covid-19.
Staf senior darurat WHO, Catherine Smallwood, meminta kota-kota tuan rumah Piala Eropa agar berbuat lebih banyak dalam memantau pergerakan para suporter.
"Yang perlu kita perhatikan adalah suporter di sekitar stadion," katanya, menyoroti perjalanan mereka sebelum dan sesudah laga.
"Apa yang terjadi setelah pertandingan? Apakah mereka pergi ke bar dan pub yang ramai?"
Suporter sepak bola yang berdempet-dempetan menonton sepak bola tanpa masker di stadion jadi sorotan dunia selama perhelatan Piala Eropa.
Baca juga: Disuntik AstraZeneca Versi India, 5 Juta Warga Inggris Terancam Ditolak Masuk Negara Eropa Lain
Kebangkitan varian Delta
Varian Delta yang berasal dari India dianggap sebagai ancaman terbesar oleh banyak negara di Eropa.
Badan pengendalian penyakit Uni Eropa (ECDC) memperkirakan kehadiran varian itu dapat menyebabkan 90% kasus pada akhir Agustus.
Rusia mengalami rekor jumlah kematian selama tiga hari terakhir, dengan 672 kematian dan 23.543 kasus baru diumumkan pada Kamis saja.
Sebagian besar kasus baru di Moskow adalah varian Delta, dan pejabat tinggi kesehatan juga membicarakan varian Delta-plus.
Kota tuan rumah Euro 2020 St Petersburg mencatat 115 kematian dalam 24 jam terakhir pada Kamis, menjelang laga perempat final Euro 2020 antara Spanyol dan Swiss.
Otoritas kesehatan Finlandia mengimbau masyarakat agar menghindari bepergian ke Rusia setelah ditemukan 400 orang terinfeksi Covid-19 yang dikaitkan dengan suporter negara itu yang kembali dari St Petersburg pada 21 Juni lalu.
UEFA 'tidak bertanggung jawab'
Badan sepak bola Eropa, UEFA, dituding "tidak bertanggung jawab" oleh Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer, yang mengatakan bahwa saling memeluk di antara suporter akan membantu menyebarkan virus.
Dia sangat mengkritisi terhadap keputusan mengizinkan 60.000 suporter masuk ke stadion di Budapest (Hungaria) dan Wembley di London untuk fase semi-final dan final.
"Saya tidak bisa menjelaskan mengapa UEFA tidak berpikiran sehat. Saya menduga itu karena komersialisme," katanya kepada wartawan.
UEFA berkukuh bahwa keputusan tentang jumlah penggemar yang diizinkan masuk ke dalam stadion "berada di bawah tanggung jawab otoritas lokal yang kompeten".
Otoritas kesehatan Skotlandia mengatakan pada hari Rabu bahwa 1.294 kasus Covid telah dikaitkan dengan orang-orang yang melakukan perjalanan ke London saat timnya melawan Inggris pada 18 Juni, termasuk 397 penggemar yang berada di Stadion Wembley.
Di seluruh Inggris, 27.989 kasus lainnya telah dicatat, jumlah tertinggi sejak Januari.
Namun, 62,7% orang dewasa di Inggris sudah mendapatkan dua dosis vaksin.
Sementara vaksinasi yang dipercepat di seluruh Uni Eropa dalam beberapa bulan terakhir, di mana setidaknya satu dari tiga orang telah mendapatkan dua dosis, hal itu tidak terjadi di Rusia.
Presiden Vladimir Putin pada Rabu mengimbau warga Rusia untuk divaksinasi, namun sejauh ini hanya 16% yang mendapat satu suntikan.
Berbagai klinik kesehatan di Moskow mulai menawarkan suntikan booster dalam upaya untuk mengekang penyebaran, namun laporan-laporam lokal mengatakan persediaan setidaknya satu vaksin telah habis di beberapa klinik kota.
Hans Kluge mengatakan bahwa di seluruh wilayah Eropa yang dipantau WHO, termasuk Asia Tengah, hanya 24% orang yang tercakup dan setengah dari orang lanjut usia dan 40% petugas kesehatan tetap tidak terlindungi.
Sumber berita: BBC Indonesia/Tribunnews.com