TRIBUNNEWS.COM - Puluhan orang mengantre untuk mendapatkan oksigen di di Jakarta Selatan.
Di Ibu Kota Indonesia ini, oksigen merupakan komoditas yang semakin berharga ketika negara berpenduduk 276,4 juta orang melaporkan lonjakan kasus infeksi Covid-19.
Satu di antara media Timur tengah, Al Jazeera turut menyoroti situasi ini.
"Saya di sini mengantre untuk membeli tabung oksigen untuk ibu saya, dia dinyatakan positif (Covid-19) pada Minggu (10/7/2021) dan kami mencoba pergi ke beberapa rumah sakit, tetapi semuanya penuh," kata Pinta sembari menunggu antrean.
"Saya menerima daftar tempat yang menjual oksigen, tetapi setiap tempat yang kami kunjungi tutup dan (oksigennya) habis. Alhamdulilah, teman saya menyarankan untuk datang ke sini," ucapnya.
Baca juga: Ambulans, Mobil Jenazah dan Truk Pengangkut Oksigen Boleh Pakai Jalur Busway
Baca juga: Lusius Pontang-Panting Cari Tabung Oksigen Selamatkan Ibunya yang Kena Happy Hipoxia
Tabung oksigen di Jakarta dalam beberapa pekan terakhir jadi perebutan yang tidak terduga.
Peluang pasien yang terpapar Covid-19 untuk bertahan hidup bisa sangat kecil, tergantung apakah kerabat mereka bisa mendapatkan tabung oksigen di toko dan waktu yang tepat.
Wanita lain dalam antrean, Winda menuturkan ia berusaha mencari oksigen untuk sang kakak ipar.
“Saya kesulitan menemukan oksigen tadi malam. Saya pergi ke lima tempat, termasuk toko ini dan pasar obat besar tetapi semuanya habis,” katanya.
“Kami pergi ke puskesmas, mereka bilang (akan) memberi oksigen di rumah sambil menunggu rumah saki. Tapi kami sudah menunggu dua hari dan tidak ada rujukan rumah sakit.”
Baca juga: Pemerintah akan Impor 40 Ribu Ton Oksigen Liquid dan 50 Ribu Konsentrator untuk Pasien Covid
Baca juga: Terima 1.000 Oksigen dan 1 Juta Vaksinasi Shopee, Menkes: Ini Bentuk Penghargaan bagi Kemanusiaan
Kekhawatiran makin meningkat
Minanti yang berusia 29 tahun merawat ayahnya yang sudah lanjut usia di rumah, setelah dia mencoba dan gagal membawanya ke rumah sakit.
Sang ayah menderita diabetes, dan juga memiliki masalah jantung dan ginjal, membuatnya berisiko lebih tinggi terkena virus corona.
Tapi ia tetap tidak bisa mendapatkan tempat di rumah sakit Jakarta yang padat.