TRIBUNNEWS.COM - Mynamar yang berada di bawah kendali militer melaporkan rekor kasus infeksi dan kematian akibat Covid-19, pada Rabu (14/7/2021).
Negara yang tengah mengalami gejolak politik tersebut menderita gelombang infeksi paling parah sejak pandemi merebak di sana.
Melansir Reuters yang mengutip angka Kementerian Kesehatan, MRTV, ada 7.089 kasus baru dan 145 kematian akibat Covid-19.
Jumlah ini naik tajam dari angka hari sebelumnya.
Baca juga: Dokter Sebut Junta Myanmar Menimbun Pasokan Oksigen dan Vaksin, Akses Rumah Sakit Swasta Dipersulit
Baca juga: Ratusan Aktivis Antikudeta Myanmar Gelar Unjuk Rasa Lagi: Kami Tidak Takut Covid-19 dan Junta
Layanan pemakaman Myanmar kewalahan saat jumlah korban Covid meningkat
Ratusan mayat di Myanmar menumpuk untuk dimakamkan setiap harinya, kata layanan yang mengangkut mayat dan mengatur upacara.
Melansir Reuters, laporan dari berbagai bagian Myanmar menunjukkan, jumlah kematian harian lebih tinggi daripada yang diberikan oleh kementerian kesehatan, yang mencapai rekor 145 kematian pada hari Rabu.
Reuters tidak dapat menghubungi Kementerian Kesehatan atau juru bicara junta untuk memberikan komentar lebih lanjut mengenai angka tersebut.
Jumlah pemakaman di pemakaman Yay Way di kota terbesar Myanmar, Yangon, sekitar 200 per hari selama seminggu terakhir.
Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dari yang biasanya.
Ada peningkatan serupa di dua pemakaman lain di kota dengan 400 hingga 500 orang dikremasi di sana per hari.
"Kami harus mengangkut mayat ke pemakaman yang berbeda. Kami melakukan lebih dari 40 perjalanan sehari," kata Bo Sein (52) yang mengoperasikan layanan pengangkut jenazah.
"Melihat mayat di pemakaman hari ini, saya berpikir bahwa tidak akan mudah untuk terus seperti ini."
"Yang kaya dan yang miskin, semuanya meninggal karena Covid," kata Bo Sein, yang juga menyiapkan peralatan pelindung untuk mengangkut jenazah.
Baca juga: Blinken Desak ASEAN Ambil Aksi soal Konflik Myanmar, RI Merespon
Baca juga: Pemimpin Junta Myanmar: Rusia akan Kirim 2 Juta Dosis Vaksin Virus Corona