Pesawat turboprop bermesin ganda Antonov An-26, yang beroperasi sejak 1982, jatuh di Semenanjung Kamchatka yang terpencil di timur jauh Rusia pada Selasa (6/7/2021).
Pesawat itu terbang dari kota utama Petropavlovsk-Kamchatsky di Kamchatka ke kota pesisir Palana.
Dikutip dari Al Jazeera, pesawat itu membawa 28 orang, yang terdiri dari enam awak dan 22 penumpang, termasuk dua anak-anak.
Kepala pemerintah daerah di Palana, Olga Mokhireva, termasuk di antara penumpang, kata pemerintah Kamchatka.
Semua yang ada di dalam pesawat dianggap tewas.
Baca juga: Update Kecelakaan Pesawat An-26 di Rusia, Tim Investigasi Dalami 3 Dugaan Penyebab Insiden
Baca juga: Tim SAR: Tak Ada yang Selamat dalam Kecelakaan Pesawat An-26 Rusia
Dugaan sementara pesawat itu jatuh saat hendak mendarat dalam cuaca buruk.
Beberapa jam setelah pesawat hilang dari radar, tim pencari menemukan puing-puing di tebing pantai dekat Palana dan di Laut Okhotsk.
Kementerian Darurat mengatakan, sembilan jenazah korban telah ditemukan, di mana satu korban telah diidentifikasi.
"Saat ini, sembilan mayat telah ditemukan," kata cabang regional kementerian darurat dalam sebuah pernyataan pada Rabu (7/7/2021).
Tiga Hari Berkabung
Lebih dari 50 orang menyisir pantai Laut Okhotsk saat operasi pencarian dan penyelamatan berlanjut, tetapi kabut, angin kencang, dan ombak menyulitkan upaya mereka.
Kementerian darurat Rusia mengatakan pihaknya berencana untuk mengerahkan penyelam dan helikopter Mi-8.
Menteri Transportasi Vitaly Savelyev juga diperkirakan akan menuju ke Palana pada Rabu (7/7/2021).
Pihak berwenang di Kamchatka menyatakan tiga hari berkabung setelah kecelakaan itu.