TRIBUNNEWS.COM - 70 kasus virus corona varian Delta Plus ditemukan dalam pengurutan genom oleh INSACOG India, ungkap Menteri Sains dan Teknologi Union Jitendra Singh pada Jumat (30/7/2021), India Today melaporkan.
INSACOG merupakan badan yang mengelompokan 28 laboratorium yang terlibat dalam tugas pengurutan genom varian virus corona di India.
Dalam pernyataan tertulis di Lok Sabha (Dewan Rakyat), Jitendra Singh mengatakan sejauh ini, 58.240 sampel SARS-CoV2 telah diurutkan di India dan 46.124 di antaranya telah dianalisis.
Mayoritas sampel ini, yaitu 17.169 sampel, adalah varian Delta.
Varian Delta Covid-19 mendominasi gelombang kedua yang mematikan di negara itu.
Ribuan orang tewas dan jutaan lainnya terinfeksi sejak Maret hingga Mei.
Varian virus corona ini pertama kali terdeteksi di India.
Baca juga: Laporan Terbaru CDC AS: Varian Delta Menular Seperti Cacar Air
Baca juga: Jokowi: Varian Delta Muncul Tanpa Terprediksi
Ada 4.172 kasus varian Alpha, diikuti oleh 217 Beta dan hanya satu Gamma.
"Sebanyak 70 strain Delta Plus telah ditemukan per 23 Juli 2021," kata Singh.
Di Maharashtra, 23 kasus varian Delta Plus terdeteksi, diikuti 11 kasus di Madhya Pradesh, 10 di Tamil Nadu, 4 di Chandigarh, masing-masing tiga di Kerala dan Karnataka, masing-masing dua di Andhra Pradesh, Punjab, Gujarat, Telangana, Uttar Pradesh, dan masing-masing satu di Uttar Pradesh, Haryana, Jammu, Rajasthan, Odisha dan Himachal Pradesh.
Dalam sebuah pernyataan pada 19 Juli, INSACOG mengatakan belum ada bukti adanya sub-garis keturunan Delta baru yang lebih membahayakan daripada varian Delta.
Singh mengatakan INSACOG mengumpulkan sampel melalui jaringan Program Pengawasan Penyakit Terpadu (IDSP) guna menilai dampak penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Tujuan keseluruhan dari konsorsium genomik SARS-CoV-2 India adalah untuk memantau variasi genomik dalam SARS-CoV-2 di negara tersebut.
Upaya penambahan lebih banyak laboratorium untuk pengurutan genom telah dilakukan.
Kriteria untuk mengakui laboratorium khusus itu juga telah dirampungkan.
10 TANYA JAWAB Terkait Varian Covid-19 Delta dan Delta Plus, Apa Saja Gejalanya?
Setelah Covid-19 varian Delta, varian Delta plus mulai menyebar di Turki, Israel, dan negara-negara lainnya di dunia.
Asosiasi Spesialis Penyakit Menular dari Pusat Kesehatan Anadolu, Dr. Elif Hakko mengatakan, dua dosis vaksin bisa melindungi diri dari mutasi, tetapi dua dosis vaksinasi belum cukup untuk kekebalan kelompok.
"Kita harus hati-hati dalam proses normalisasi ini," tambahnya.
Lantas apa saja yang diketahui tentang varian Delta plus?
Dilansir raillynews.com, ini 10 pertanyaan yang sering ditanyakan tentang varian Delta dan Delta plus.
Baca juga: Varian Delta Plus Terdeteksi di RI, Intan Fauzi Minta Pemerintah Perkuat Whole Genome Sequencing
Baca juga: Apa Itu Varian Delta Plus Covid-19? Ini Gejala dan Perbedaannya dengan Varian Delta
1. Apa itu Varian Delta?
Varian Delta COVID-19 pertama kali ditemui di India.
Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan bahwa mutasi Delta menyebar jauh lebih cepat daripada COVID-19 asli.
2. Apa itu varian Delta plus?
Varian Delta Plus merupakan re-mutasi dari varian Delta dari India yang ditemukan di negara-negara luar India.
Varian Delta Plus pertama kali terlihat di Afrika Selatan.
Varian ini memiliki mutasi protein lonjakan yang disebut K417N, yang juga ada pada varian Beta.
3. Mengapa varian delta lebih berbahaya?
Varian delta lebih berbahaya karena menginfeksi lebih cepat daripada mutasi lainnya.
Menurut penelitian, varian Delta terutama mempengaruhi kaum muda, karena kaum muda lebih banyak terlibat dalam kehidupan sosial.
4. Apa saja gejala varian delta?
Gejala Covid-19 klasik didominasi oleh demam tinggi, batuk terus-menerus, serta kehilangan rasa dan/atau penciuman.
Di varian delta, gejala seperti sakit kepala, pilek, dan sakit tenggorokan terlihat lebih dominan dibandingkan dengan virus COVID-19 klasik.
Gejala-gejala ini seperti gejala pilek yang parah pada orang muda.
Namun, hilangnya rasa dan bau juga terlihat pada varian Delta.
Baca juga: Benarkah Varian Lambda Lebih Menular dari Varian Delta dan Kebal Terhadap Vaksin Sinovac?
Baca juga: Bukan Hanya Delta, Virus Varian Lokal Pernah Dominasi Kasus Covid-19 di Indonesia
5. Siapa yang lebih berisiko terinfeksi?
Mereka yang tidak divaksinasi, memiliki penyakit kronis dan orang berusia di atas 65 tahun lebih berisiko terpapar.
6. Bisakah individu yang divaksinasi menularkan varian Delta kepada orang lain?
Individu yang divaksinasi juga dapat terinfeksi dengan varian Delta.
Meskipun penyakit menjadi lebih ringan pada mereka yang divaksinasi, mereka tetap dapat menularkan varian virus.
Divaksinasi melindungi diri sendiri tapi tidak mencegah penyakit membawa dan menularkannya.
Untuk alasan ini, meskipun Anda divaksinasi, menerapkan protokol kesehatan tetap penting.
7. Bagaimana vaksin melindungi dari mutasi?
Menurut penelitian, dua dosis vaksin Pfizer/BioNTech memberikan perlindungan 79 persen terhadap mutasi Delta.
8. Kapan pandemi dapat dikendalikan dengan vaksin?
Setelah mencapai 60 persen dalam vaksinasi, kita bisa berharap tentang herd immunity.
Semakin cepat maka semakin baik.
9. Selain varian Delta dan delta plus, ada pula "varian lambda" yang berasal dari Peru.
Haruskah kita takut dengan varian ini?
Benarkah lebih menular daripada varian delta?
Sementara ini, belum ada informasi yang lengkap mengenai varian-varian itu.
Namun, cara perlindungan dari wabah selalu sam, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan menjaga kebersihan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar varian Delta dan Delta plus