"Meskipun ini alat klinis yang berharga, dokter semakin menyadari potensi kesalahan atau inkonsistensi yang terkait dengan oksimetri nadi, jadi kita perlu mengingat hal ini saat menggunakan perangkat," katanya.
Baca juga: Bantu Penanganan Covid-19, Hyundai Bakal Bangun Fasilitas Produksi Oksigen Medis
Baca juga: Pesan Menkes ke Pasien yang Isoman di Rumah: Pantau Terus Saturasi Oksigen
Dr Omar Jundi, seorang konsultan perawatan intensif di West Yorkshire, mengamati ketidakakuratan dalam pembacaan oksimeter nadi pada pasien Covid yang berkulit hitam.
"Itu adalah sesuatu yang akan saya ukur setidaknya sekali sehari, mungkin pada dua atau tiga pasien," katanya.
Sejumlah data menunjukkan bahwa orang kulit hitam, Asia, dan kelompok etnis minoritas lainnya lebih mungkin terkena virus corona, dan menjadi tidak sehat atau bahkan meninggal.
Para ahli percaya potensi ketidakakuratan oksimeter denyut nadi mungkin menjadi faktor penyebab hal ini.
"Kita perlu memastikan ada pemahaman bersama tentang potensi keterbatasan peralatan dan perangkat kesehatan, terutama untuk populasi dengan risiko tinggi penyakit yang mengubah hidup, ini termasuk komunitas kulit hitam, Asia, dan beragam yang menggunakan oksimeter denyut untuk memantau kadar oksigen mereka di rumah," kata dr Naqvi.
Baca juga: Menkes: Pasien Covid-19 Harus Segera Dibawa ke Rumah Sakit Jika Saturasi Oksigennya di Bawah 94
Baca juga: Berapa Kadar Saturasi Oksigen Normal? Ini Cara Mengukur Saturasi Oksigen dalam Darah
Dia menekankan pentingnya penelitian inklusif budaya dilakukan saat ini untuk memastikan bahwa oksimeter denyut akurat untuk orang-orang dengan warna kulit lebih gelap. (Tribunnews.com/BBC/Hasanah Samhudi)