Namun tidak disebutkan klinik atau sekolah yang dibom.
Penyelesaian Damai
Ahmad Shuja Jamal, kepala urusan internasional di Dewan Keamanan Nasional Afghanistan, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Taliban tidak memiliki kapasitas untuk menahan ibu kota provinsi yang telah direbutnya.
Ia mengatakan, serangan Taliban telah mengorbankan warga sipil yang tadinya hidup damai.
“Sekitar dua pertiga dari korban adalah perempuan dan anak-anak dan itu menunjukkan modus operandi Taliban yaitu bahwa mereka menggunakan rumah-rumah sipil untuk bersembunyi tetapi juga melancarkan serangan dan itu menciptakan korban yang mengerikan bagi warga sipil,” katanya.
Baca juga: 2.500 Warga Afghanistan yang Bantu Militer Asing selama Perang Dievakuasi ke AS
Baca juga: Mantan Agen CIA Menilai Amerika Serikat Sia-sia Dalam Perang di Afghanistan dan Irak
Sebaliknya, Suhail Shaheen, juru bicara media internasional untuk Taliban, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok itu menginginkan perdamaian tetapi agresi pemerintah berarti mereka harus berjuang.
"Tapi tetap saja, kebijakan kami adalah untuk penyelesaian masalah Afghanistan yang dinegosiasikan,” katanya.
Pada hari Sabtu, kedutaan AS mengeluarkan pernyataan yang mengutuk masuknya Taliban ke pusat-pusat provinsi di selatan dan utara.
“Kami mengutuk serangan kekerasan baru Taliban terhadap kota-kota Afghanistan. Ini termasuk merebut Zaranj, ibu kota provinsi Nimroz Afghanistan secara tidak sah, serangan terhadap Sheberghan, ibu kota provinsi Jowzjan kemarin dan hari ini, dan upaya berkelanjutan untuk mengambil alih Lashkar Gah di Helmand dan ibu kota provinsi di tempat lain,” bunyi pernyataan itu. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)