News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

POPULER Internasional: Penamaan Varian Covid-19 dengan Rasi Bintang | Ekomoni Jepang Merugi Rp 284 T

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berita populer Internasional, di antaranya wacana penamaan varian Covid-19 berdasarkan rasi bintang setelah semua alfabet Yunani sudah digunakan.

TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di artikel ini.

Berita pertama datang dari pemimpin WHO yang tengah mempertimbangkan penamaan varian Covid-19 berdasarkan rasi bintang setelah semua alfabet Yunani sudah digunakan.

Di Prancis, warga yang ingin makan di restoran diharuskan menunjukkan bukti vaksinasi.

Seputar Olimpiade Jepang, atlet karate dari Iran meraih medali emas, meski sempat pingsan saat ditendang lawannya.

Masih dari Jepang, ekonomi negara rupanya merugi Rp 284 Triliun akibat pembatasan Covid-19 dan juga Olimpiade yang digelar tanpa penonton.

Berikut ulasan berita populer selengkapnya.

1. WHO Pertimbangkan Penamaan Varian Covid-19 Berdasarkan Rasi Bintang setelah Huruf Yunani Habis

WHO sebut penamaan varian Covid-19 nantinya mungkin diambil dari rasi bintang, setelah penamaan dengan huruf Yunani telah digunakan semua.

Dilansir Sky News, Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Covid-19 WHO, juga memperingatkan bahwa varian baru yang kebal vaksin "mungkin" bisa muncul.

WHO pertama kali menamai varian Covid-19 dengan huruf alfabet Yunani pada Mei lalu.

Sejauh ini, 11 varian telah diberi nama - termasuk strain Delta, Beta dan Alpha.

Dr Maria Van Kerkhove mengatakan kepada Telegraph, WHO sedang mencari nama-nama baru jika semua 24 huruf alfabet Yunani telah habis.

Saat ini, penamaan dengan rasi bintang sedang dipertimbangkan.

Baca juga: Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Sikapi Kematian Akibat Covid-19 di Indonesia

Baca juga: Daftar Negara yang Lanjutkan Booster atau Vaksinasi Covid-19 Dosis Ketiga, Meski WHO Tak Menyarankan

Dr Maria Van Kerkhove (Twitter GHS)

Ini berarti varian virus corona dapat dinamai berdasarkan rasi bintang seperti Orion, Hydra, Crux, Pegasus, Leo dan lainnya.

Dr Van Kerkhove mengatakan: "Kami mungkin akan kehabisan alfabet Yunani, tetapi kami sudah mempertimbangkan rangkaian nama berikutnya."

"Kami sebenarnya sedang mempertimbangkan konstelasi bintang."

WHO sedang mencari proposal untuk memastikan tidak ada dirugikan dengan nama-nama itu, tambahnya.

BACA SELENGKAPNYA >>>

2. Warga Prancis Wajib Bawa Bukti Vaksinasi Jika Ingin Ngopi dan Makan Croissant

Demi menggalakkan vaksinasi dan menahan pandemi, Prancis melarang warga yang belum vaksin serta tidak membawa surat bebas Covid-19 untuk nongkrong.

Padahal Prancis memiliki kebiasaan tradisional untuk minum kopi dan makan croissant setiap pagi.

Namun ritual ini akan rumit karena diwajibkan membawa bukti vaksin dan surat bebas Covid-19 untuk nongkrong di kafe.

Dilansir Reuters, kartu kesehatan ini wajib ditunjukkan sebelum masuk restoran, bar, masuk ke rumah sakit untuk perawatan non-darurat, dan naik kereta api. 

Kebijakan ini dilakukan untuk menahan terjadinya gelombang empat infeksi Covid-19.

Baca juga: Bikin Sejarah, Tim Antah Berantah Liga Prancis Ingatkan Lionel Messi untuk Pikir Ulang Gabung PSG

Baca juga: Abaikan Seruan WHO, Jerman, Prancis dan Israel Tetap Berencana Gunakan Vaksin Booster

FOTO SEBAGAI ILUSTRASI: Tunawisma dan migran mendapat makanan saat menunggu untuk direlokasi setelah melakukan aksi menuntut perumahan, di Place des Vosges di Paris, Jumat (30/7/2021). (AFP)

Bulan lalu, Presiden Emmanuel Macron merilis dekrit untuk mendorong warganya ikut vaksinasi Covid-19.

Diketahui, tingkat vaksinasi di Prancis melonjak setelah berbagai hiburan dan aktivitas luar ruangan dibatasi.

Namun protes terkait hal ini juga meledak.

Menurut laporan The Guardian, lebih dari 237.000 melakukan demo di seluruh Prancis pada akhir pekan lalu untuk menentang pemberlakuan kartu kesehatan. 

Pendemo menganggap kebijakan itu melanggar kebebasan sipil mereka dan mendiskriminasi orang yang tidak ingin divaksin.

BACA SELENGKAPNYA >>>

3. Atlet Karate Iran Pingsan Kena Tendang, Tapi Dapat Medali Emas di Olimpiade Tokyo Jepang

ILUSTRASI Karate (Freepik wavebreakmedia_micro)

Pada final kelas kumite karate putra di atas 75 kg, seorang pemain Iran Sajad Ganjzade  ditendang oleh seorang pemain Arab Saudi Tarek Hamedi dan Sajad pingsan, sehingga pertandingan tidak dapat dilanjutkan.

Namun atlet yang pingsan malahan dapat medali emas.

Pemain Arab Saudi yang menendang keluar memimpin tiga poin, tetapi itu dianggap sebagai serangan berbahaya dan menderita kekalahan telak, dan pemain Iran memenangkan medali emas, yang merupakan akhir yang mengejutkan.

Di karate, sebagai pertandingan final turnamen, final kelas kumite putra di atas 75 kg diadakan, dan Sajad Ganjzade  dari Iran dan Tarek Hamedi dari Arab Saudi bermain melawan satu sama lain.

Sejak awal pertandingan, Hamedi memiliki keunggulan dalam menentukan tendangan atas.

Namun, sekitar satu menit kemudian, tendangan atas Hamedi mengenai leher lawan, dan ia jatuh ke matras dan hampir tidak bisa bergerak sambil menatap langit-langit.

Wasit segera memanggil staf medis dan menghitung 10 detik, dan memutuskan bahwa kompetisi tidak dapat dilanjutkan karena Ganjzade  tidak dapat berdiri. Kemudian dia dibawa dengan tandu.

Selain itu, wasit mengalahkan Hamedi sebagai "serangan berbahaya dan tidak terkendali", yang menetapkan tindakan terlarang untuk tendangan atas Hamedi.

Ini adalah akhir yang mengejutkan bagi pemain Ganjzade Iran yang jatuh yang memenangkan medali emas.

BACA SELENGKAPNYA >>>

4. Kerugian Ekonomi Jepang Akibat PSBB dan Olimpiade Tokyo Mencapai Rp 284 Triliun

Nomura Research Institute Takahide Kiuchi memperkirakan kerugian ekonomi Jepang akibat Olimpiade Tokyo mencapai 2,19 triliun yen atau sekitar Rp 284 triliun (kurs 1 yen = Rp 130).

Pemerintah telah mengeluarkan keadaan darurat untuk enam prefektur, termasuk Tokyo dan Osaka, hingga 30 Agustus 2021.

"Sejak 12 Juli, ketika deklarasi darurat keempat dikeluarkan untuk Pemerintah Metropolitan Tokyo, kesempatan untuk makan di luar dan penginapan telah berkurang. Oleh karena itu kami memperkirakan bahwa kerugian ekonomi akibat rangkaian deklarasi tersebut akan berjumlah 2,19 triliun yen," papar Kiuchi.

Gubernur Tokyo Yuriko Koike (kiri) setelah menyerahkan bendera Olimpiade disaksikan Presiden IOC Thomas Bach (tengah) kepada Anne Hidalgo (62), Wali Kota Paris (kanan) sebagai penyenggara Olimpiade 2024 (ke-33) di Paris. (Foto Mainichi)

Dari 2,19 triliun yen tersebut kerugian dari Olimpiade diperkirakan sekitar 1,8 triliun yen termasuk batalnya tiket dijual (Olimpiade tanpa penonton) dan hotel kosong karena biaya akomodasi (hotel) akan sangat berkurang karena olimpiade tanpa penonton (khususnya dari luar negeri).

Di sisi lain, perebutan medali pemain Jepang kemungkinan akan mendorong konsumsi baru.

Profesor Emeritus Katsuhiro Miyamoto dari Universitas Kansai memperkirakan bahwa dampak ekonominya akan mencapai 143,6 miliar yen jika departement store dan supermarket besar mengadakan penjualan untuk memuji para atlet selama sekitar satu minggu di bulan Agustus setelah Olimpiade ditutup.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini