TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Setidaknya empat ledakan keras terjadi di dekat bandara Kabul, ibu kota Afghanistan, pada hari Kamis kemarin.
Ledakan terjadi di tengah evakuasi warga yang dilakukan militer Barat.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (27/8/2021), menurut laporan dari seorang sumber di Kementerian Kesehatan Afghanistan pada Jumat waktu setempat, setidaknya ada 103 orang yang terdiri dari 90 warga sipil Afghanistan dan 13 tentara Amerika Serikat (AS) tewas dalam serangkaian serangan tersebut.
Sementara itu, sebanyak 1.338 orang saat ini dalam kondisi terluka.
Kelompok teroris ISIS-Khorasan (ISIS-K) dikabarkan mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Baca juga: Cerita Korban Ledakan Bandara di Kabul Afghanistan: Seperti Melihat Kiamat, Korban Tewas Terlantar
Beberapa negara pun mengutuk serangan itu, termasuk Rusia, Prancis, Turki dan India.
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah Taliban menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul.
Saat pasukan AS melakukan evakuasi terhadap warganya di bandara Kabul.
Setelah perkembangan tersebut, banyak negara bergegas untuk menerbangkan warganya dan personel diplomatik mereka karena situasi keamanan berubah menjadi genting dan memanas.
Beberapa negara, satu diantaranya Inggris bahkan telah berjanji untuk menerima sejumlah pengungsi Afghanistan yang selama ini telah membantu pasukan AS dan sekutu selama misi perang 20 tahun mereka di negara konflik itu.