Karir Politik Bouteflika
Masih dikutip dari Aljazeera, Bouteflika dianggap sebagai pahlawan nasional oleh para pendukungnya, setelah bertempur di medan perang selama perang kemerdekaan Aljazair dari Prancis.
Setelah kemerdekaan Aljazair dari Prancis pada tahun 1962, mantan Presiden Bouteflika menjadi menteri luar negeri pertama Aljazair dan tokoh berpengaruh dalam Gerakan Non-Blok.
Sebagai presiden Majelis Umum PBB, Bouteflika mengundang mantan pemimpin Palestina, Yasser Arafat untuk berpidato di badan tersebut pada tahun 1974, sebuah langkah bersejarah menuju pengakuan internasional atas perjuangan Palestina.
Dia juga menuntut agar China diberi kursi di PBB, dan mencerca pemerintahan apartheid di Afrika Selatan.
Pada awal 1980-an, ia dituduh korupsi dan diasingkan setelah kematian mantan Presiden Houari Boumediene.
Dia menetap di Dubai, di mana dia menjadi penasihat anggota keluarga penguasa emirat.
Tuduhan korupsi terhadapnya kemudian dibatalkan.
Dia kembali ke rumah pada 1990-an ketika Aljazair sedang dilanda perang antara tentara dan pejuang bersenjata yang menewaskan sedikitnya 200.000 orang.
Ia memenangkan pemilu dengan dukungan militer.
Terpilih sebagai presiden pada 1999, ia berhasil merundingkan gencatan senjata dengan kelompok Islamis dan meluncurkan proses rekonsiliasi nasional yang memungkinkan negara itu memulihkan perdamaian.
Selama tahun-tahun pertamanya menjabat, ia memimpin negara itu ke dalam ledakan ekonomi, memicu pembangunan secara nasional.
Dia juga berhasil menyatukan negara selama Musim Semi Arab.
Ketika protes meletus mulai tahun 2011, pemerintahnya merespons dengan menciptakan ribuan usaha kecil.