Turabi mengatakan kali ini hakim, termasuk wanita, akan mengadili kasus dengan dasar hukum dari Al-Quran.
Dia mengatakan hukuman yang sama akan dihidupkan kembali.
“Pemotongan tangan sangat diperlukan untuk keamanan,” katanya, menyebut itu memiliki efek jera.
Belakangan ini, para pejuang Taliban di Kabul dilaporkan menghidupkan kembali hukuman yang biasa mereka gunakan di masa lalu, yakni mempermalukan orang-orang yang dituduh melakukan pencurian kecil di depan umum.
Menurut laporan AP News, seorang pria diikat tangannya dan diletakkan di bagian belakang truk untuk diarak.
Dalam satu kasus, wajah mereka dicat untuk mengidentifikasi mereka sebagai pencuri.
Di sisi lain, roti basi digantung di leher mereka atau dimasukkan ke dalam mulut mereka.
Kini di bawah pemerintahan baru Taliban, Turabi bertanggung jawab atas penjara.
Dia termasuk di antara sejumlah pemimpin Taliban yang ada dalam daftar sanksi PBB.
Selama pemerintahan Taliban sebelumnya, dia adalah salah satu tokoh yang paling ganas dan tidak kenal kompromi.
Ketika Taliban mengambil alih kekuasaan pada 1996, salah satu tindakan pertamanya adalah meneriaki seorang jurnalis wanita, menuntut dia meninggalkan ruangan, dan kemudian memeberikan tamparan di wajah seorang pria yang keberatan.
Dia menuntut laki-laki memakai sorban di semua kantor pemerintah.
Olahraga dilarang dan pasukan penegak Turabi memaksa pria ke masjid untuk salat lima waktu.
Namun dalam wawancara dengan AP pada minggu ini, Turabi berbicara dengan seorang jurnalis wanita dan mengaku Taliban telah berubah.