Tindakan lebih untuk menangani dugaan pemerkosaan ini juga akan dilakukan.
"Saya minta maaf atas apa yang dilakukan kepada Anda oleh orang-orang yang dipekerjakan oleh WHO untuk melayani dan melindungi Anda," katanya.
"Ini adalah prioritas utama saya bahwa para pelaku tidak dimaafkan, tetapi dimintai pertanggungjawaban," kata Dr Tedros saat konferensi pers, Selasa (28/9/2021).
Dia mengaku akan bertanggung jawab, berjanji melindungi para korban, serta bersumpah akan merombak struktur dan budaya WHO.
Komisi independen dalam laporannya menyoroti "kegagalan struktural yang jelas dan ketidaksiapan untuk mengelola risiko insiden eksploitasi dan pelecehan seksual di Kongo".
Para penyelidik menemukan bahwa sebagian besar korban sangat rentan.
Korban kebanyakan adalah perempuan muda yang terjebak dalam situasi ekonomi sulit.
Salah satu terduga korban termuda, Jolianne menceritakan bahwa seorang staf WHO tiba-tiba berhenti dan menawarinya tumpangan pulang.
Baca juga: WHO Klaim Polusi Udara Bunuh 7 Juta Manusia Per Tahun
Baca juga: WHO dan UNICEF Minta Pemerintah RI Segera Gelar Pembelajaran Tatap Muka
Itu terjadi saat dirinya tengah menjual kartu telepon di pinggir jalan di kota Mangina pada April 2019.
"Sebaliknya, dia membawanya ke sebuah hotel di mana dia mengatakan dia diperkosa oleh orang ini," kata laporan itu.
Penyakit virus ebola (EVD) atau demam berdarah Ebola (EHF) adalah penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus Ebola.
Lebih dari 2.000 orang tewas dalam wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo.
WHO, yang mempelopori upaya global untuk mengekang penyebaran penyakit ini menyatakannya wabah ini berakhir pada Juni tahun lalu.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)