News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Studi: Vaksin Covid-19 Pfizer Mencegah Keparahan Setidaknya Selama 6 Bulan

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(FILES) Dalam file foto yang diambil pada 31 Mei 2021, seorang perawat menyiapkan jarum suntik vaksin Pfizer-BioNtech Covid-19 di pusat vaksinasi, di Garlan, Prancis barat.

TRIBUNNEWS.COM - Vaksinasi menggunakan Pfizer efektif melawan penyakit Covid-19 yang parah, termasuk varian Delta selama setidaknya enam bulan.

Dilansir CNA, studi analisis pasien AS yang diterbitkan di Lancet pada Senin (4/10/2021) ini mencoba mengukur efektivitas sebuah vaksin Covid-19 dari waktu ke waktu dalam pengaturan dunia nyata. 

Dari 3,4 juta warga California Selatan, sekitar sepertiga di antaranya sudah divaksinasi penuh menggunakan Pfizer antara Desember 2020 dan Agustus 2021.

Setelah 3 sampai 4 bulan, ditemukan 73% orang yang divaksinasi lengkap terlindungi dari infeksi.

Baca juga: Sambutan di Upacara HUT Ke-76 TNI, Presiden: Melawan Covid-19 Seperti Perang Berlarut-larut

Baca juga: Tahap ke-84, 800.200 Vaksin Pfizer Bantuan AS Tiba di Indonesia

Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada warga di Sentra Vaksinasi Covid-19 Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Nasional, di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (16/9/2021).  Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

Lalu 90% terlindungi dari risiko rawat inap atau keparahan.

Sayangnya perlindungan terhadap varian Delta turun 40% dalam jangka waktu lima bulan.

Kendati demikian, perlindungan terhadap risiko rawat inap yang melibatkan semua kasus varian Covid-19 tetap tinggi selama penelitian.

Hasilnya, catatan penelitian, konsisten dengan data awal dari otoritas kesehatan AS dan Israel.

Berkurangnya pertahanan terhadap infeksi "kemungkinan terutama disebabkan oleh berkurangnya efektivitas vaksin terhadap varian delta yang lolos dari perlindungan vaksin", demikian kesimpulan para penulis.

"Temuan kami menggarisbawahi pentingnya pemantauan efektivitas vaksin dari waktu ke waktu dan menyarankan bahwa dosis booster mungkin diperlukan untuk mengembalikan jumlah perlindungan awal yang tinggi yang diamati di awal program vaksinasi," kata studi ini.

Pada Agustus ini, AS mengesahkan dosis booster untuk orang dengan sistem kekebalan yang lemah.

Sementara di Prancis suntikan tambahan sebagai penguat vaksin Covid-19 ditawarkan kepada lansia.

Israel telah melangkah lebih jauh dengan membuat gagasan anak-anak berusia 12 tahun ke atas disuntik dosis ketiga, selang lima bulan setelah suntikan kedua.

Namun, laporan yang terbit pada September ini dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan dosis vaksin saat ini cukup efektif melawan Covid-19 yang parah.

Sehingga dosis ketiga tidak diperlukan untuk populasi umum.

Bulan lalu, WHO menyerukan moratorium suntikan booster sampai akhir tahun untuk mengatasi ketimpangan dalam distribusi vaksin Covid-19 antara negara kaya dan miskin.

Situasi Covid-19 di Dunia

Berdasarkan catatan Worldometers pada Selasa (5/10/2021), kasus Covid-19 di dunia tembus 236,1 juta dihitung sejak pandemi muncul.

Kemudian korban meninggal tercatat ada 4,8 juta lebih.

Sedangkan pasien yang berhasil sembuh sejumlah 213,2 juta.

Per-Selasa pukul 10.33 WIB, tercatat ada 21.060 kasus baru Covid-19 di seluruh dunia.

Ilustrasi Coronavirus.  (CNN)

Baca juga: Drone Made In India Angkut Vaksin Covid-19 di Asia Selatan

Baca juga: 191 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Telah Didistribusikan, Pemerintah Pastikan Prinsip Pemerataan

Berdasarkan jumlah kasus aktifnya, AS, Inggris, dan Rusia berurutan ada di urutan teratas.

Indonesia ada di nomor 46 dengan 31.054 kasus Covid-19 aktif.

Menurut jumlah korban meninggal, di urutan teratas ada AS, Brasil, dan India.

Dengan jumlah 142.261 total kematian, Indonesia ada di urutan ke 7 dunia.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini