News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tigrayan Rebut Kota Strategis, Militer Ethiopia Mobilisasi Perlawanan

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasukan pemerintah Ethiopia di Tigray - Konflik Ethiopia: Apa yang Dipertengkarkan dan Mengapa?

Mohammed, warga lain yang juga menolak menyebutkan nama keluarganya, mengatakan kepada kantor berita AFP pasukan pemerintah meminta warga tidak keluar rumah.

"Mereka menembak tetapi saya harus menutup jendela saya ... agar tidak ketahuan," katanya. “Tentara memberi tahu kami mereka berjuang untuk merebut kota itu lagi.”

Pertarungan menyebar

Penduduk sebelumnya melaporkan penumpukan militer yang besar di Dessie, sekitar 400 km (250 mil) utara Addis Ababa.

Warga sipil melarikan diri dari kota-kota yang dilanda konflik lebih jauh ke utara mengalir ke kota untuk mencari perlindungan.

Saat pertempuran meletus di Dessie, banyak orang masuk ke dalam bus dan melarikan diri ke Kombolcha pada Sabtu.

“Kami melihat TPLF masuk melalui jalan utama di pagi hari, kami berlari ke rumah kami,” kata seorang warga berusia 32 tahun yang hanya menyebut namanya Tadesse.

Pemberontak tampaknya terlibat dalam baku tembak dengan pejuang Amhara dan tentara Ethiopia, katanya.

Wilayah Amhara memperbaharui seruan bagi penduduk untuk mendaftar untuk melindungi lingkungan mereka, sementara juru bicara pemerintah meminta warga ikut berperang.

“Setiap warga negara Etiopia yang mampu berperang harus dimobilisasi,” katanya. AS menyerukan agar semua pihak tenang.

Washington meminta pasukan Tigrayan menghentikan kemajuan mereka di dalam dan sekitar Dessie dan Kombolcha, mundur dari Amhara dan Afar, dan tidak menggunakan artileri terhadap kota-kota.

Dalam sebuah pernyataan, AS mendesak kedua belah pihak untuk memulai negosiasi gencatan senjata, dengan mengatakan tidak ada solusi militer untuk konflik ini.

Konflik meletus sejak November 2020  ketika Perdana Menteri Abiy Ahmed mengerahkan pasukan ke Tigray guna memadamkan perlawanan kelompok Tigrayan.

Operasi militer itu berubah spiral menjadi perang berkepanjangan yang ditandai pembantaian, pemerkosaan massal, dan krisis kemanusiaan.

Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2019 mengatakan operasi itu sebagai tanggapan atas serangan terhadap kamp-kamp tentara oleh TPLF.

Dia menjanjikan kemenangan cepat, tetapi pada akhir Juni pemberontak telah merebut kembali sebagian besar Tigray dan pertempuran menyebar ke wilayah tetangga Amhara dan Afar.(Tribunnews/com/Aljazeera/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini