Associate Professor Hsu Li Yang, ahli penyakit menular di Saw Swee Hock School of Public Health di National University of Singapore, mengatakan tingkat penularan ini tidak mengejutkan.
Baca juga: India Laporkan Kematian Pertama Terkait Varian Omicron
Baca juga: Kasus Omicron Melonjak, Thailand Hentikan Program Bebas Karantina Bagi Turis Asing
Ini mengingat betapa cepatnya Omicron telah menggantikan varian lain di seluruh dunia.
Dia menambahkan bahwa Singapura kemungkinan akan melaporkan peningkatan tajam dalam kasus selama beberapa minggu ke depan.
Ini bisa terjadi meski tingkat rawat inap dan kematian terkait Omicron yang relatif rendah di negara-negara dengan profil demografis yang serupa cukup meyakinkan.
Studi awal menunjukkan varian baru Omicron lebih mungkin menyebabkan infeksi ulang daripada jenis lainnya.
Hal ini juga diyakini lebih menular, meskipun dikaitkan dengan penyakit yang lebih ringan.
Baca juga: Strain Baru Covid-19 dengan 46 Mutasi Ditemukan di Prancis, Kerabat Jauh Omicron
"Kekhawatiran terbesar bagi Singapura adalah bahwa varian Omicron akan menimbulkan infeksi lain, bahkan untuk orang yang sebelumnya terinfeksi Delta," kata Profesor Teo Yik Ying, dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock.
Meskipun sebagian besar infeksi Omicron cenderung ringan, katanya, beberapa dari mereka yang terinfeksi masih memerlukan perawatan di rumah sakit.
Tapi menurutnya, pembatasan Covid-19 Singapura, termasuk kewajiban memakai masker dan aturan tentang pertemuan sosial, akan memperlambat penyebaran Omicron di negara ini.
Hingga Selasa (4/1/2022) siang, Singapura melaporkan 842 kasus baru.
Dari jumlah tersebut, 438 di antaranya adalah varian Omicron, dengan 91 kasus lokal dan sisanya impor. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)