Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NUKU'ALOFA - Ada lebih banyak kapal dan pesawat yang membawa bantuan akan tiba di Tonga dalam beberapa hari mendatang.
Hal itu karena masyarakat internasional menanggapi seruan untuk memberikan bantuan mendesak kepada negara kepulauan Pasifik itu, setelah dilanda letusan gunung berapi dan tsunami yang menghancurkan.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (21/1/2022), penerbangan pertama dari Australia dan Selandia Baru mendarat di Tonga pada Kamis kemarin, dengan membawa pasokan air yang sangat dibutuhkan untuk sanitasi dan kebersihan serta peralatan pelindung, peralatan komunikasi dan pembangkit listrik.
Kapal penopang maritim Selandia Baru HMNZS Aotearoa yang membawa 250.000 liter air dan mampu menghasilkan 70.000 liter per hari melalui pabrik desalinasinya, diperkirakan akan tiba di Tonga pada Jumat waktu setempat.
Baca juga: Pertolongan Pertama Tiba di Tonga, Saluran Telepon Sebagian Telah Pulih
Sementara Komisi Tinggi Australia di Tonga mengatakan dalam laman Facebooknya bahwa penerbangan bantuan kedua dari Australia harus kembali pada Kamis kemarin karena terjadi masalah dalam penerbangan dan diharapkan akan menuju Tonga pada hari ini.
"Ada lebih banyak bantuan sedang dalam perjalanan, dengan HMAS Adelaide dalam perjalanan dari Brisbane dan akan tiba di Tonga minggu depan," kata Komisi tersebut.
Sebelumnya, gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai meletus dengan ledakan yang memekakkan telinga pada Sabtu lalu.
Ledakan itu kemudian memicu tsunami yang akhirnya menghancurkan desa-desa, resor dan banyak bangunan serta memutus komunikasi bagi negara berpenduduk sekitar 105.000 orang itu.
"3 orang dilaporkan tewas," kata pihak berwenang.
Sementara abu vulkanik telah menyelimuti langit Tonga dan membuat sebagian besar air minumnya terkontaminasi.
Juru bicara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Stéphane Dujarric mengatakan dalam sebuah pengarahan bahwa Tonga telah meminta bantuan mendesak dan PBB kini tengah melakukan komunikasi intens dengan pihak berwenang.
"Tim penilai telah mencapai sebagian besar negara, termasuk pulau-pulau terpencil dan terisolasi. Kami sangat prihatin dengan akses ke air bersih untuk 50.000 orang di seluruh negeri. Pengujian kualitas air akan terus berlanjut, dan kebanyakan orang saat ini mengandalkan air kemasan," kata Dujarric.
Ia menyebut bahwa sekitar 60.000 orang telah terkena dampak kerusakan tanaman, ternak, dan perikanan akibat hujan abu, intrusi air asin dan potensi hujan asam.