Namun, kebijakan itu tiba-tiba berakhir setelah kasus pada pelancong menciptakan kelompok kasus baru.
Rencana baru itu muncul ketika varian Omicron menyebar di Selandia Baru, dan kontrol perbatasan mulai dilihat sebagai penghalang bagi upaya untuk kembali normal.
Saat ini, warga yang telah diizinkan masuk ke negara itu mengantre melalui sistem lotre.
Baca juga: Jacinda Ardern: Selandia Baru akan Beli Vaksin Covid-19 Tambahan untuk Vaksinasi Seluruh Penduduk
Mereka diharuskan tinggal di fasilitas karantina yang dikelola negara selama 10 hari.
Namun kurangnya ruang telah membuat banyak orang tidak dapat kembali ke rumah.
Al Jazeera sebelumnya melaporkan, Ardern mengakui bahwa kontrol perbatasan telah menjadi sumber ketidaknyamanan bagi banyak orang.
Namun, dia menekankan bahwa kebijakan tersebut juga menyelamatkan nyawa.
"Tidak diragukan lagi bahwa bagi Selandia Baru, itu telah menjadi salah satu bagian tersulit dari pandemi," terangnya.
"Tetapi alasan mengapa itu ada di sana sebagai salah satu hal terberat yang pernah kami alami, sebagian, karena hilangnya nyawa dalam skala besar tidak."
Selandia Baru telah memvaksinasi penuh sekitar 93 persen penduduknya yang berusia di atas 12 tahun.
Ardern mengatakan kontrol perbatasan telah memberi negara waktu untuk membuat orang divaksinasi dan memastikan sistem kesehatan tidak kewalahan dengan pasien.
Baca juga: PM Selandia Baru Jacinda Ardern Menang Telak dalam Pemilihan Ulang
Berita lain terkait dengan Jacinda Ardern
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)