TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 12 migran tewas dalam kondisi membeku di Turki dekat perbatasan dengan Yunani pada Rabu (2/2/2022).
Masing-masing negara saling menyalahkan atas tragedi itu.
Turki menuduh pejabat perbatasan Yunani memaksa kelompok itu kembali melintasi perbatasan, yang kemudian mengakibatkan mereka mati.
Sementara, Yunani dengan keras menyangkal klaim itu.
Kedua negara Mediterania itu sering berselisih soal nasib para migran yang melintasi perbatasan darat dan laut mereka.
Dikutip dari BBC, pejabat Turki mengatakan, sembilan mayat ditemukan pada Rabu pagi.
Kemudian pencarian dilanjutkan dan menemukan dua mayat lagi.
Sementara, satu lainnya ditemukan mengalami radang dingin dan kemudian meninggal di rumah sakit.
Baca juga: Mengapa Turki Mencoba Tengahi Krisis Ukraina-Rusia? Simak Penjelasannya
Baca juga: Irlandia hingga Yunani Pangkas Masa Isolasi Covid, Berikut Daftar Negara UE yang Melakukannya
Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu menuduh bahwa penjaga perbatasan Yunani telah melepaskan pakaian dan sepatu mereka pada saat kedatangan, dan mengembalikan mereka dalam kondisi beku.
Sementara itu, Menteri Migrasi Yunani, Notis Mitarachi, mengatakan kematian itu adalah tragedi, tetapi "kebenaran di balik insiden ini tidak mirip dengan propaganda palsu yang didorong oleh rekan saya".
“Para migran ini tidak pernah berhasil sampai ke perbatasan. Setiap saran yang mereka lakukan, atau memang didorong kembali ke Turki, adalah omong kosong belaka,” katanya.
Yunani telah dituduh melakukan penolakan, dan secara paksa mengembalikan para migran ke Turki, yang akan ilegal menurut hukum hak asasi manusia internasional.
Krisis Tahun 2020
Pada tahun 2020, sekelompok migran yang melakukan perjalanan mendokumentasikan kedatangan mereka di Yunani dengan bantuan sebuah LSM.