Lilly mengatakan kontrak untuk obat barunya - bebtelovimab - bernilai setidaknya $720 juta.
Antibodi monoklonal yang dibuat di laboratorium itu menggantikan sistem kekebalan tubuh manusia dengan bertindak untuk memblokir virus yang menyerang.
Obat diberikan melalui infus atau injeksi, dan digunakan pada saat-saat awal infeksi.
Baca juga: Penjelasan Dokter, Adakah Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Omicron Pada Orang Dewasa dengan Anak?
Baca juga: Trend Kenaikan Kasus Aktif Covid-19 Saat Ini Masih Didominasi Varian Omicron
Akhir bulan lalu, FDA sempat mencabut izin penggunaan darurat untuk obat antibodi dari Regeneron dan juga Lilly.
Kedua obat tersebut sebelumnya telah menjadi tulang punggung pengobatan antibodi.
Para dokter sangat sulit untuk menemukan cara lain ketika kedua obat itu tidak ampuh melawan omicron.
Alternatif lain, termasuk obat antivirus dari Pfizer dan Merck, tidak tersedia banyak.
Obat antibodi dari GlaxoSmithKline yang efektif melawan omicron juga langka.
Meski begitu, para ilmuwan mengatakan perawatan Covid-19 lah seperti antibodi monoklonal bukan pengganti vaksinasi.
Mengutip Forbes, Bebtelovimab ditemukan oleh perusahaan bioteknologi AbCellera yang berbasis di Vancouver.
AbCellera memeriksa antibodi dari orang yang telah pulih dari Covid-19 untuk menemukan antibodi mana yang paling efektif melawan virus.
AbCellera kemudian memberikan antibodi yang paling menjanjikan—termasuk bebtelovimab—kepada Eli Lilly, yang bertanggung jawab untuk mengembangkan, membuat, dan mendistribusikan obat tersebut.
Karena menargetkan bagian protein lonjakan yang jarang bermutasi, bebtelovimab mungkin terus bisa bekerja melawan varian masa depan, kata AbCellera.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)