TRIBUNNEWS.COM - Regulator kesehatan Amerika Serikat mengesahkan penggunaan darurat obat antibodi Covid-19 baru yang menargetkan varian omicron.
Langkah itu menjadi salah satu cara untuk mengisi kembali persediaan negara untuk memerangi versi terbaru Covid-19 tersebut, NBCNews.com melaporkan.
Jumat (11/2/2022), BPOM AS atau Food and Drug Administration (FDA) mengatakan telah mengesahkan obat bebtelovimab dari Eli Lilly untuk pasien dewasa dan remaja yang mengalami kasus Covid-19 ringan hingga sedang.
Lilly mengumumkan proses pembuatan obat akhir tahun lalu setelah pengujian mengungkapkan bahwa terapi antibodi sebelumnya, bamlanivimab dan etesevimab, tidak efektif terhadap varian omicron.
"Dengan munculnya varian seperti omicron, pilihan pengobatan tetap terbatas," ujar Daniel Skovronsky, M.D., Ph.D., kepala petugas ilmiah dan medis Lilly, dalam sebuah pengumuman seperti dikutip dari fiercepharma.com.
"Lilly dengan senang hati memberikan opsi perawatan lain untuk membantu mengatasi kebutuhan pasien dan penyedia layanan kesehatan yang berkelanjutan, yang terus berjuang melawan pandemi ini."
Baca juga: 9 Gejala Omicron yang Menyerang Orang yang Sudah Divaksinasi Penuh
Baca juga: Favipiravir Tetap Direkomendasikan Jadi Obat Terapi dalam Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi Keempat
Pengesahan didasarkan pada analisis uji coba fase 2 BLAZE-4 dari pasien yang tidak dirawat di rumah sakit yang diobati hanya dengan bebtelovimab atau bersama-sama dengan bamlanivimab dan etesevimab.
Pseudovirus dan pengujian virus asli menunjukkan bahwa bebtelovimab dapat mempertahankan aktivitas penetralan penuh terhadap omicron.
Selain itu, bebtelovimab menunjukkan netralisasi terhadap semua varian yang menjadi perhatian lainnya yang diketahui, termasuk subvarian BA.2 yang muncul dari omicron.
Dilansir NBC News, pemerintah Joe Biden telah membeli 600.000 dosis obat tersebut bahkan sebelum diotorisasi.
Lilly akan mulai mengirimkan pasokan pertama ke otoritas kesehatan negara bagian untuk kemudian didistribusikan.
"Ini adalah langkah penting dalam memenuhi kebutuhan akan lebih banyak alat untuk merawat pasien karena varian baru virus terus bermunculan," kata Dr. Patricia Cavazzoni, direktur pusat obat FDA.
Lilly mengatakan kontrak untuk obat barunya - bebtelovimab - bernilai setidaknya $720 juta.
Antibodi monoklonal yang dibuat di laboratorium itu menggantikan sistem kekebalan tubuh manusia dengan bertindak untuk memblokir virus yang menyerang.
Obat diberikan melalui infus atau injeksi, dan digunakan pada saat-saat awal infeksi.
Baca juga: Penjelasan Dokter, Adakah Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Omicron Pada Orang Dewasa dengan Anak?
Baca juga: Trend Kenaikan Kasus Aktif Covid-19 Saat Ini Masih Didominasi Varian Omicron
Akhir bulan lalu, FDA sempat mencabut izin penggunaan darurat untuk obat antibodi dari Regeneron dan juga Lilly.
Kedua obat tersebut sebelumnya telah menjadi tulang punggung pengobatan antibodi.
Para dokter sangat sulit untuk menemukan cara lain ketika kedua obat itu tidak ampuh melawan omicron.
Alternatif lain, termasuk obat antivirus dari Pfizer dan Merck, tidak tersedia banyak.
Obat antibodi dari GlaxoSmithKline yang efektif melawan omicron juga langka.
Meski begitu, para ilmuwan mengatakan perawatan Covid-19 lah seperti antibodi monoklonal bukan pengganti vaksinasi.
Mengutip Forbes, Bebtelovimab ditemukan oleh perusahaan bioteknologi AbCellera yang berbasis di Vancouver.
AbCellera memeriksa antibodi dari orang yang telah pulih dari Covid-19 untuk menemukan antibodi mana yang paling efektif melawan virus.
AbCellera kemudian memberikan antibodi yang paling menjanjikan—termasuk bebtelovimab—kepada Eli Lilly, yang bertanggung jawab untuk mengembangkan, membuat, dan mendistribusikan obat tersebut.
Karena menargetkan bagian protein lonjakan yang jarang bermutasi, bebtelovimab mungkin terus bisa bekerja melawan varian masa depan, kata AbCellera.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)