SY mengaku sejak pandemi, ia tidak diperbolehkan majikannya untuk libur.
Dia akhirnya mendapat libur setelah terus memintanya.
Namun, lanjut SY, majikannya belakangan menyalahkannya karena menyangka dia tertular Covid saat mengambil hari libur untuk beristirahat di luar rumah majikan.
"Tapi mereka tidak berpikir saya juga belanja ke pasar yang banyak orang dan berdesak-desakan, dan virus bisa menular ke siapa pun. Saya ambil hari libur karena hanya ingin istirahat dan bertemu teman-teman karena saya merasa stres. Bahkan untuk telepon teman atau keluarga, saya harus menunggu malam hari, pada saat saya sudah dalam kondisi capek sekali," tambah SY.
Baca juga: Omicron Merebak, Hong Kong Minta 10.000 Kamar Hotel Disiapkan untuk Karantina Covid-19
SY kini sudah mendapat tempat karantina.
Namun, ia harus menunggu lima hari untuk dapat masuk ke fasilitas karantina itu.
Sebelum mendapat tempat di karantina, SY tetap menginap di rumah majikan dan ditempatkan di kamar tak layak yang hanya beralas tripleks.
Sementara itu, seorang pekerja migran asal Filipina bernama J terpaksa tidur di taman di tengah suhu dingin setelah dites positif Covid.
Ia tinggal di taman Yau Ma Tei sejak dinyatakan positif Selasa (15/2/2022).
Perempuan 35 tahun itu ditolak juga perpanjangan visanya.
Ia mendapat bantuan tenda dan makanan setelah mengontak Hong Kong Federation of Asian Domestic Workers Union (FADWU) dan akan dipulangkan ke Filipina, Rabu (23/2/2022) mendatang.
Eni Lestari, ketua International Migrants Alliance dan pengurus Jaringan Buruh Migran Indonesia di Hong Kong mengatakan rekan-rekannya berada di "garis depan" membantu keluarga selama pandemi.
"Sekarang kami diabaikan, kami ditolak layanannya, kami ditelantarkan," katanya kepada wartawan.
Eni mengaku mendapatkan kontak dari para pekerja Indonesia yang dites positif dan perlu bantuan.
Ia mengatakan sempat mengontak fasilitas kesehatan namun tak berhasil sebelum mengontak Konsulat
Jenderal Indonesia.