Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, DONBASS - Sekitar 30.000 orang telah melintasi perbatasan Rusia dari Donbass selama satu hari terakhir.
Mayoritas pengungsi dari wilayah itu adalah anak-anak.
Eskalasi militer yang sedang berlangsung di Donbass menyebabkan ribuan penduduk lokal melarikan diri melintasi perbatasan ke Rusia.
Pada Jumat lalu, pihak berwenang di Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang memproklamirkan diri 'merdeka dari Ukraina' itu mengumumkan proses evakuasi kaum perempuan dan anak-anak.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (21/2/2022), menurut departemen keamanan perbatasan Dinas Keamanan Federal Rusia untuk Oblast Rostov, sekitar 30.000 orang dari republik-republik yang memproklamirkan diri itu telah melintasi perbatasan ke Rusia pada hari terakhir.
Mayoritas pengungsi atau sekitar 60 persen merupakan anak-anak.
Baca juga: Rusia dan Ukraina Semakin Tegang, Sejumlah Maskapai Hentikan Penerbangan ke Kiev
Kepala DPR, Denis Pushilin juga menyatakan bahwa aksi pemboman mobil yang terjadi baru-baru ini di Donetsk diklaim sebagai tanda persiapan yang ditunjukkan Ukraina untuk melancarkan serangan militer ke wilayah Donbass.
Situasi di Donbass pun telah memburuk dalam beberapa minggu terakhir, dengan pasukan pemerintah Ukraina diduga menembaki sasaran sipil di wilayah tersebut.
Baca juga: Konflik Ukraina, Desa di Donetsk Dibiarkan Tanpa Listrik, Stasiun Pompa Utama Penyuplai Air Rusak
Pushilin menilai bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy akan memerintahkan serangan terhadap republik yang memproklamirkan diri 'merdeka' itu dalam waktu dekat.