Barat Membekukan Aset Para Oligarki, Sekutu Vladimir Putin
Dikutip dari Bussiness Insider, saat ini, pemerintah Barat telah memfokuskan sanksi mereka pada orang-orang yang dicurigai melayani sebagai wakil Putin, dengan harapan hal itu akan meningkatkan tekanan padanya.
Meski tidak menghukum secara langsung, pihak Barat menerapkan hukuman yang ditujukan pada oligarki yang dekat dengan Putin, seperti para oligarki setelah pencaplokan Krimea yang dilakukan Rusia pada 2014.
Hukuman atas aneksasi Krimea, ditujukan kepada oligarki termasuk Kirill Shamalov, mantan menantunya dan pemegang saham utama di sebuah perusahaan petrokimia Rusia; Boris Rotenberg, seorang raja konstruksi; dan Gennady Timchenko, seorang investor yang dikatakan sebagai orang terkaya keenam di Rusia.
Sanksi tersebut akan membuat mereka yang ditargetkan tidak dapat mengakses aset atau melakukan transaksi keuangan di Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa, di mana hukuman itu diumumkan pekan lalu.
Barat pada dasarnya akan membekukan uang dan properti yang dapat dilacak pada nama yang tertera dalam daftar, kemudian menempatkan uang tunai dan surat berharga, atau bahkan penjualan real estat di luar jangkauan.
Baca juga: Pemerintah Rusia Batasi Warganya Mengakses Twitter, Penggunaan Internet Dikontrol Ketat
Strategi Elit Rusia Menyembunyikan Aset
Para elit Rusia menyukai kepemilikan perusahaan yang rumit untuk menghindari pengawasan dan pembekuan aset oleh Barat.
Adapun beberapa aset yang diketahui publik adalah hasil dari kebocoran file oleh firma hukum luar negeri atau bank rahasia yang melayani mereka (yang ingin menyembunyikan aset).
Paul Massaro, seorang penasihat senior di Komisi Helsinki AS yang telah menasihati anggota Kongres tentang sanksi Rusia, mengatakan tidak selalu jelas bagi pejabat Amerika aset apa yang akan terpengaruh di Rusia.
“Artinya, sanksi yang kami berikan kepada orang-orang ini sebagian besar akan menjadi siaran pers yang dimuliakan, karena tanpa mengetahui apa aset ini, kami tidak dapat membekukan mereka,” katanya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Vladimir Putin