Para analis pun memperkirakan Rusia akan terus memasok gas ke Eropa dan menunjukkan pasokan Rusia yang tidak terputus ke Eropa selama krisis Krimea pada 2014 hingga 2015.
Aliran melalui pipa Yamal Rusia-Eropa yang secara tradisional menyumbang sekitar 15 persen dari pasokan gas barat Rusia ke Eropa dan Turki, telah dalam mode terbalik sejak Desember lalu dengan aliran menuju ke timur, berkontribusi pada harga gas yang tinggi.
Sementara itu, data Refinitiv Eikon menunjukkan arus pada 2021 melalui tiga pipa utama Rusia ke Eropa mencapai 37.409 gigawatt jam per hari (GWh/hari), turun dari 41.263 GWh/hari pada 2020 dan 49.431 GWh/hari pada 2019.
Bagaimana dengan Nord Stream 2?
Rusia mengatakan bahwa Nord Stream 2, yang dapat menggandakan kapasitas ekspor gas tahunan Rusia di Baltik, dapat memberikan bantuan kepada pasar gas Eropa.
Namun Kanselir Jerman Olsf Scholz pada Rabu lalu menghentikan sertifikasi pipa setelah Rusia secara resmi mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur, yakni Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luganks (LPR) sebagai negara merdeka.
AS pun pada hari yang sama turut menjatuhkan sanksi pada perusahaan yang bertanggung jawab terkait pembangunan pipa tersebut.
Nord Stream 2 AG adalah perusahaan Swiss terdaftar yang berada di bawah perusahaan induk 'raksasa gas milik negara Rusia', Gazprom.
Karena pipa itu tidak beroperasi, maka langkah Jerman dan AS ini sebenarnya tidak berdampak langsung pada pasokan.
Namun para pedagang mengharapkan itu akan menyediakan pasokan gas pada akhir tahun dan harga untuk pengiriman di masa depan telah melonjak.