Dewan Menteri Uni Soviet memutuskan untuk membangun serangkaian pembangkit listrik tenaga nuklir, termasuk PLTN Zaporizhzhya, pada tahun 1978 setelah unit pertama PLTN Chernobyl mulai beroperasi.
Rancangan teknis PLTN Zaporizhzhya tahap pertama, terdiri dari empat unit dengan kapasitas gabungan 4.000 MW, disetujui pada tahun 1980.
Reaktor pertama mulai beroperasi pada 1984. Sedangkan reaktor kedua, ketiga dan keempat mulai beroperasi pada tahun 1985, 1986, dan 1987.
Sementara itu, tahap kedua, yang melibatkan dua unit daya tambahan dengan reaktor serupa, diusulkan pada tahun 1988, dan unit kelima ditugaskan pada tahun 1989.
Sedangkan reaktor keenam, pembangunannya sempat ditangguhkan setelah terjadinya bencana nuklir Chernobyl.
Reaktor keenam baru terhubung ke jaringan pada tahun 1995.
Bahaya Zaporizhzhia
Penelitian yang dikumpulkan oleh para spesialis untuk Greenpeace Internasional menyimpulkan bahwa keamanan Zaporizhzhia sangat terganggu oleh perang.
Dalam skenario terburuk, ledakan bisa menghancurkan penahanan reaktor dan sistem pendingin, potensi pelepasan radioaktivitas dari inti reaktor dan kolam bahan bakar bekas ke atmosfer.
Hal ini dapat menciptakan bencana yang jauh lebih buruk daripada bencana Fukushima Daiichi tahun 2011 dan menjadikan wilayah sekitarnya tak ramah selama puluhan tahun.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah, perang besar sedang dilancarkan di negara yang memiliki banyak reaktor nuklir dan ribuan ton bahan bakar bekas yang sangat radioaktif."
"Perang di Ukraina selatan di sekitar Zaporizhzhia menempatkan mereka semua pada risiko kecelakaan yang parah. Selama perang ini berlanjut, ancaman militer terhadap pembangkit nuklir Ukraina akan tetap ada," kata Jan Vande Putte, Juru Kampanye Energi Nuklir Greenpeace Internasional.
"Ini adalah salah satu alasan lebih lanjut, di antara begitu banyak, mengapa Putin perlu segera menghentikan perangnya terhadap Ukraina," sambungnya.
(Tribunnews.com/Tio)