TRIBUNNEWS.COM - Jumlah pengungsi dari Ukraina bertambah hingga mencapai dua juta orang, menurut laporan PBB.
Badan pengungsi PBB mengkonfirmasi angka itu pada Selasa (8/3/2022) pagi, seperti diberitakan oleh NBC News.
PBB menyoroti jumlah pengungsi ini sebagai krisis kemanusiaan yang paling besar sejak Perang Dunia II.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dia tidak memiliki rencana untuk meninggalkan negaranya yang dilanda perang.
"Saya tinggal di Kyiv," kata Zelenskyy dalam pidato video Senin (7/3/2022) malam.
"Tidak bersembunyi dan aku tidak takut pada siapa pun. Selama itu yang dibutuhkan untuk memenangkan perang ini!"
Rusia dan Ukraina sepakat untuk mengevakuasi warga sipil Selasa (8/3/2022) dari kota Sumy, di timur laut.
Baca juga: Presiden Ukraina Serukan Boikot Minyak Rusia, Eropa Menolak, Kremlin Peringatkan soal Kenaikan Harga
Evakuasi Pengungsi di Sumy dan Irpin
Pejabat Ukraina mengatakan proses itu telah dimulai, setelah serangan udara Rusia yang mematikan pada Senin (7/3/2022) malam.
Saat ini evakuasi dari Sumy dan Irpin sedang berlangsung, setelah Rusia mengumumkan gencatan senjata lagi, dikutip dari Al Jazeera.
Pejabat Ukraina mengatakan warga sipil sedang dievakuasi dari daerah terkepung Irpin, dekat ibukota, Kyiv, dan timur laut Sumy.
Rusia telah mengumumkan gencatan senjata lagi dan mengatakan serangkaian koridor kemanusiaan telah dibuka.
Moskow mengatakan pengungsi akan diizinkan untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang lebih aman di Ukraina, setelah Kyiv menolak rencana sebelumnya untuk menyalurkan warga sipil ke Rusia dan Belarus.
Kepala pengungsi PBB mengatakan jumlah orang yang melarikan diri dari serangan Rusia telah mencapai dua juta.
Konvoi 20-30 mobil pribadi berangkat dalam gelombang, kata Gubernur Sumy Oblast, Dmytro Zhyvytsky, dalam komentar yang disiarkan televisi.
Dia menambahkan, sekitar seribu mahasiswa asing termasuk di antara mereka yang juga telah meninggalkan kota.
Dikutip dari Al Jazeera, para pengungsi menuju ke negara tetangga Polandia, sementara Hongaria dan Slovakia telah menyambut masing-masing lebih dari 190 ribu dan 140 ribu pengungsi.
Mereka yang ingin pergi dari sisi Eropa negara itu melintasi perbatasan darat ke Finlandia atau negara-negara Baltik (Latvia, Estonia dan Lithuania).
Pengungsi yang tidak memiliki visa Eropa pergi ke Georgia, Armenia dan Turki.
“Banyak orang Rusia telah tiba di Georgia dalam beberapa hari terakhir,” tulis jurnalis Boris Grozovski di halaman Facebook-nya.
Baca juga: Rusia Kembali Tegaskan Siap Hentikan Serangan Apabila Ukraina Penuhi 4 Syarat Ini
Baca juga: Rusia Ancam akan Tutup Pipa Gas Utama ke Jerman: Larangan Minyak Rusia Bisa Sebabkan Bencana Besar
Pengungsi Dievakuasi Menggunakan Bus
Pada Selasa (8/3/2022), konvoi bus yang penuh dengan orang bergerak di sepanjang jalan bersalju dari kota timur laut Sumy, menurut video dari badan komunikasi Ukraina, dikutip dari AP News.
Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, mengatakan mereka menuju barat daya ke kota Poltava Ukraina, dan termasuk siswa dari India dan China.
Sementara itu, bus-bus yang dihiasi dengan simbol palang merah yang membawa air, bahan makanan pokok, dan obat-obatan bergerak menuju pelabuhan selatan Mariupol yang terkepung, tempat keputusasaan perang yang paling parah.
Vereshchuk mengatakan kendaraan itu kemudian akan mengangkut warga sipil keluar kota.
Namun, setelah para pejabat mengumumkan bus pengungsi sedang dalam perjalanan, kantor kepresidenan Ukraina mengatakan tentang penembakan di rute pengungsian.
Belum jelas apakah konvoi pasokan dari palang merah berhasil sampai ke Mariupol atau apakah warga sipil akan bebas naik bus jika penembakan berlanjut.
Walikota juga meragukan evakuasi, karena pasukan Rusia terus membombardir daerah di mana orang-orang berusaha berkumpul.
Dia mengatakan beberapa jalan diblokir.
"Pagi ini situasinya tidak berubah," kata Orlov.
"Jadi kita masih memiliki sebuah kota yang di blokade," tambahnya.
Oleksiy Kuleba, gubernur wilayah Kyiv, mengatakan Ukraina juga membuat pengaturan untuk mengeluarkan orang dari pinggiran Irpin.
Meski belum jelas apakah itu akan menjadi bagian dari lima koridor resmi yang dijanjikan Rusia.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Rusia VS Ukraina