Namun menurutnya, situasi Eropa saat ini tidak dapat diprediksi.
Untuk menghindari kesalahpahaman, Norwegia telah memberi tahun Rusia tentang latihan Cold Response yang diklaim sebagai "murni defensif".
Jenderal Yngve Odlo, kepala Markas Besar Bersama Norwegia yang bertanggung jawab atas Cold Response telah berbicara dengan Wakil Laksamana Alexander Moiseyev, komandan Armada Utara Rusia tentang latihan tersebut untuk memberikan jaminan.
Namun Rusia menolak undangan untuk mengirim pengamat ke latihan tersebut.
"Setiap peningkatan kemampuan militer NATO di dekat perbatasan Rusia tidak membantu memperkuat keamanan di kawasan itu," kata kedutaan Rusia di Norwegia kepada AFP.
Dalam keadaan serupa di masa lalu, Moskow menyatakan ketidakpuasannya dengan mengganggu sinyal GPS atau mengumumkan uji coba rudal, sehingga memblokir akses ke beberapa ruang laut dan udara internasional.
Baca juga: Gara-gara Izinkan Ujaran Kebencian Terhadap Rusia, Instagram akan Diblokir 14 Maret Mendatang
Baca juga: Rusia Ungkap Bukti AS Danai Lab Biologi Ukraina sejak 2005 untuk Meneliti Patogen Berbahaya di Bumi
Invasi Rusia ke Ukraina menimbulkan kekhawatiran bahwa Presiden Vladimir Putin akan menyerang negara bekas Soviet lainnya, seperti Baltik.
Jenderal Prancis Yvan Gouriou mengatakan, Cold Response akan mengasah kemampuan NATO bekerja sama dalam kondisi sulit.
"Jadi latihan ini sangat relevan dengan situasi saat ini," tambahnya.
Pada awalnya, lebih dari 40.000 tentara diharapkan berpartisipasi dalam Cold Response, tetapi jumlahnya menyusut karena pandemi dan krisis geopolitik.
Kapal induk AS Harry Truman dan kapal pengawalnya telah berada di Laut Aegea, untuk membantu memantau langit di dekat Ukraina.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)