TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang Ukraina mengatakan, sedikitnya sembilan orang tewas dan 57 luka-luka dalam serangan udara Rusia di sebuah pangkalan militer besar Ukraina di dekat perbatasan Polandia pada Minggu (13/3/2022).
Seorang perwakilan Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan kepada Reuters bahwa kementerian masih berusaha untuk memastikan apakah ada instruktur asing berada di fasilitas tersebut pada saat serangan.
Fasilitas pelatihan militer, yang terbesar di bagian barat negara itu dan secara tradisional merupakan tempat latihan bersama dengan NATO, terletak kurang dari 25 km dari perbatasan Polandia.
Kremlin belum memberikan keterangan terkait serangan rudal yang begitu dekat dengan perbatasan dengan NATO.
Dikutip dari CNA, gubernur regional Maksym Kozytskyy mengatakan pesawat Rusia menembakkan sekitar 30 roket ke fasilitas itu.
Dia menambahkan bahwa beberapa roket telah dicegat sebelum mengenai pangkalan militer.
Baca juga: PROFIL Ivan Fedorov, Wali Kota Melitopol Ukraina yang Diculik Rusia, Masih Muda Berusia 33 Tahun
Baca juga: UPDATE Perang Rusia-Ukraina: Bandara Dihancurkan, Bocah Tewas Ditembak saat Melarikan Diri
Seorang saksi mata Reuters melihat 19 ambulans dengan sirene mengemudi dari arah pangkalan setelah serangan dan asap hitam membubung dari daerah tersebut.
Fasilitas seluas 360 km persegi adalah salah satu yang terbesar dan terbesar di Ukraina di bagian barat negara itu.
"Polandia mengutuk setiap elemen agresi terhadap Ukraina, termasuk penembakan pangkalan Yavoriv," kata juru bicara kementerian luar negeri Polandia dalam sebuah pesan yang dikirim ke Reuters.
Walikota kota lain di Ukraina barat, Ivano-Frankivsk, mengatakan pasukan Rusia juga terus menyerang bandaranya, tanpa ada laporan awal mengenai korban.
Serangan Lainnya
Di Ukraina timur, pasukan Rusia berusaha mengepung pasukan Ukraina saat mereka bergerak maju dari Kharkiv di utara dan Mariupol di selatan, kata Kementerian Pertahanan Inggris, Minggu.
"Pasukan Rusia yang bergerak maju dari Krimea berusaha untuk menghindari Mykolaiv saat mereka melihat ke barat menuju Odessa," kata kementerian itu dalam pembaruan intelijen yang diposting di Twitter.
Sirene serangan udara kembali membangunkan penduduk di Kyiv pada Minggu pagi, beberapa jam setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan pasukan Rusia bahwa mereka menghadapi pertempuran sampai mati jika mereka mencoba menduduki ibukota.
"Jika mereka memutuskan untuk membuat bom karpet dan menghapus sejarah wilayah ini ... dan menghancurkan kita semua, maka mereka akan memasuki Kyiv."
"Jika itu tujuan mereka, biarkan mereka masuk, tetapi mereka harus hidup di tanah ini dengan sendiri," kata Zelenskyy pada hari Sabtu.
Penembakan Rusia telah menjebak ribuan orang di kota-kota yang terkepung dan mengirim 2,5 juta orang Ukraina melarikan diri ke negara-negara tetangga.
Ukraina menuduh pasukan Rusia pada hari Sabtu membunuh tujuh warga sipil dalam serangan terhadap wanita dan anak-anak yang mencoba melarikan diri dari pertempuran di dekat Kyiv.
Baca juga: Cerita Mahasiswa Ukraina di Odesa Siapkan Bom Molotov Untuk Hadapi Tentara Rusia
Baca juga: Tekan Putin Berhenti Serang Ukraina, Italia Sita Kapal Mewah Seharga Rp 8,2 T Milik Bos Pupuk Rusia
Sementara itu, Prancis mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menunjukkan kesiapan untuk berdamai.
Badan intelijen Ukraina mengatakan tujuh orang, termasuk satu anak, tewas saat mereka melarikan diri dari desa Peremoha dan bahwa "penjajah memaksa sisa-sisa pasukan untuk kembali".
Moskow membantah menargetkan warga sipil sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Rusia menyalahkan Ukraina atas upaya yang gagal untuk mengevakuasi warga sipil dari kota-kota yang dikepung, sebuah tuduhan yang ditolak keras oleh Ukraina dan sekutu Baratnya.
(Tribunnews.com/Yurika)