TRIBUNNEWS.COM - Rusia telah kehilangan 77 pesawatnya sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu, menurut Kementerian Luar Negeri Ukraina seperti dilansir Newsweek.
Sebuah pernyataan oleh kementerian pada hari Senin (14/3/2022) mengatakan bahwa Rusia juga kehilangan 90 helikopter sejak pertempuran dimulai.
Dikatakan juga bahwa lebih dari 12.000 personel militer Rusia telah tewas dan 389 tank telah disita dari pasukan Rusia.
Situs web militer Oryx juga memberikan angka tentang peralatan militer yang telah disita, rusak, atau ditinggalkan.
Oryx memantau penghancuran peralatan militer melalui laporan sumber terbuka, seperti media sosial.
Baca juga: Putin Izinkan Maskapai Rusia Terbangkan Pesawat Milik Asing di Rute Domestik
Baca juga: Gelombang Pasukan Rusia Terus Berdatangan tapi Pejabat Ukraina PeDe Perang akan Berakhir Bulan Mei
Setiap laporan kehilangan perlu didukung dengan bukti foto.
Perhitungan Oryx soal pesawat yang ditangkap atau dijatuhkan oleh angkatan bersenjata Ukraina jauh lebih rendah.
Diperkirakan hanya 13 pesawat Rusia yang hilang sejak perang dimulai.
Sementara itu, dikatakan Ukraina telah kehilangan 9 pesawat.
Rusia belum memberikan angka terbaru tentang korban perang dan kehilangan peralatan militer, termasuk pesawat.
Sementara itu, Moskow telah meningkatkan serangan baru-baru ini.
Pasukan memperluas operasi militernya ke Ukraina Barat, termasuk ke Kota Lviv, yang pada awalnya dianggap sebagai bagian negara yang aman.
Pada hari Minggu, Rusia menyerang sebuah pangkalan militer dekat perbatasan Ukraina dengan Polandia, yang merupakan negara anggota NATO.
Baca juga: Wanita Ini Lakukan Sabotase Stasiun TV Rusia saat Sedang Siaran Live, Bentangkan Poster ‘No War’
Baca juga: Sejumlah Negara Asia Minta Perusahaan Cryptocurrency Jatuhkan Sanksi untuk Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya pada hari Senin memperingatkan ancaman Rusia terhadap "rumah" NATO setelah serangan di dekat perbatasan Polandia.
Presiden Polandia Andrezej Duda mengatakan kepada BBC dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada hari Minggu bahwa NATO dapat terseret ke dalam konflik jika Presiden Rusia Vladimir Putin memilih untuk menggunakan senjata pemusnah massal.
"Seperti yang kami katakan di Polandia, menggunakan sedikit ekspresi bahasa Inggris, jika dia menggunakan senjata pemusnah massal maka ini akan menjadi pengubah permainan dalam semuanya."
"Yang pasti, NATO dan para pemimpinnya, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, harus duduk di meja dan benar-benar harus berpikir serius tentang apa yang harus dilakukan."
"Karena ketika itu mulai berbahaya, tidak hanya untuk Eropa, tidak hanya untuk wilayah kita, tetapi untuk seluruh dunia."
Presiden AS Joe Biden telah bersumpah untuk "mempertahankan setiap inci" wilayah NATO.
Namun ia memperingatkan bahwa jika NATO berperang dengan Rusia, maka itu akan menjadi "Perang Dunia III."
Baca juga: Hari Ke-19 Invasi: Reaksi Rusia Gempur Perbatasan Polandia hingga Usaha Zelenskiy Desak NATO
Baca juga: Serangan Rusia di Wilayah Perbatasan Polandia Dianggap Ancaman Bagi NATO
Zelensky dijadwalkan berpidato di Dewan Eropa pada Senin sore tetapi harus dibatalkan karena keadaan "sangat mendesak yang tak terduga".
Tidak ada alasan lebih lanjut yang diberikan.
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal kemudian memberikan pidato sebagai gantinya.
Zelensky akan berpidato di depan Kongres AS pada hari Rabu.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)