TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menolak rencana netralitas 15 poin Rusia untuk mengakui Krimea sebagai bagian Rusia dan kemerdekaan Donbass.
Zelensky bersikeras mengenai prioritas Ukraina saat ini termasuk 'memulihkan integritas teritorial'.
"Pembicaraan tentang Ukraina berlanjut. Prioritas saya dalam pembicaraan sangat jelas, akhiri perang, jaminan keamanan, kedaulatan, pemulihan integritas teritorial, jaminan nyata untuk negara kita, perlindungan nyata negara kita," kata Zelensky, dalam sebuah video yang dibagikan di Telegram.
Sebelumnya, Rusia dan Ukraina telah mengisyaratkan adanya kemajuan negosiasi dengan mengamankan gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia, dikutip dari Daily Mail.
Ketentuan dalam rencana 15 poin, berarti Kyiv akan menyetujui netralitas dan menerima batasan militernya untuk menghentikan serangan Rusia di Ukraina.
Ada juga rencana untuk melarang Ukraina bergabung NATO dan berjanji untuk tidak menjadi tuan rumah pangkalan militer atau persenjataan Barat dengan imbalan perlindungan.
Ketentuan lain termasuk hak mengabadikan bahasa Rusia di Ukraina.
Namun, desakan Rusia dalam rencana 15 poin itu adalah Ukraina mengakui pencaplokan Krimea serta kemerdekaan Luhansk dan Donetsk.
Presiden Rusia, Vladimir Putin bersikeras seluruh Donbass harus berpisah dari Ukraina.
Komentar Zelensky tentang prioritas Ukraina, termasuk memulihkan wilayah Ukraina, menunjukkan kedua pihak masih jauh dari menyelesaikan kesepakatan.
Baca juga: Ukraina dan Rusia Akan Susun Rencana Netralitas 15 Poin untuk Akhiri Perang, Kyiv Dilarang Ikut NATO
Rusia: Azov Melakukan Provokasi Berdarah
Rusia menanggapi klaim Ukraina tentang serangan udara yang menghancurkan sebuah teater di Mariupol dan membunuh warga sipil yang berlindung di sana.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan tidak ada serangan terhadap sasaran darat di kota itu, seperti yang diberitakan India Times.
Rusia menuduh batalyon neo-Nazi "Azov" yang membunuh pasukannya dan sandera.