Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Pasukan Rusia disebut telah merusak setidaknya 59 situs spiritual di Ukraina selama 31 hari invasi skala penuh yang dilancarkannya.
Pernyataan ini disampaikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato virtualnya kepada para peserta Forum Doha ke-20.
"Selama 31 hari perang ini, serangan Rusia telah merusak setidaknya 59 bangunan penting spiritual. Ini adalah masjid, gereja, lembaga keagamaan dan pendidikan," kata Zelenskyy.
Dikutip dari laman Ukrinform, Minggu (27/3/2022), ia kemudian menambahkan bahwa selama berlangsungnya perang, lebih dari 200 sekolah dan puluhan rumah sakit hancur dan rusak.
"Bayangkan saja, pasukan Rusia dengan sengaja menyerang tempat-tempat ini, yang digunakan warga sipil biasa sebagai tempat berlindung," ujar Zelenskyy.
Baca juga: Ukraina: Pasukan Rusia Kehilangan Sekitar 16.400 Personel dan 575 Tank
Sementara itu, Kementerian Pertahanan (Kemhan) Ukraina menyampaikan klaim di laman Facebooknya bahwa sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari hingga 26 Maret kemarin, pasukan Rusia telah kehilangan sekitar 16.400 personelnya.
Selain itu, Rusia juga disebut telah kehilangan 575 tank, 293 sistem artileri, 91 MLRS, 51 sistem peperangan anti-pesawat, 117 pesawat, 127 helikopter, 1.131 kendaraan, 7 kapal, 73 tangki bahan bakar, 56 UAV operasional dan taktis, 19 unit peralatan khusus serta 2 sistem SRBM bergerak.
Kementerian Pertahanan Ukraina mencatat bahwa data pun saat ini sedang diperbaharui.
Namun, perhitungannya diperumit dengan intensitas permusuhan yang tinggi antara kedua negara.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi nasional negara itu pada 24 Februari lalu bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para Kepala Republik Donbass, ia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus.
Baca juga: Inggris akan Kirim Bantuan Makanan Senilai 2 Juta Poundsterling ke Warga Ukraina yang Membutuhkan
Operasi ini dilakukan untuk melindungi orang-orang 'yang telah mengalami pelecehan dan genosida oleh rezim Ukraina selama 8 tahun'.
Kendati demikian, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.
Ia juga menekankan operasi tersebut ditujukan untuk 'denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina'.