News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

BREAKING NEWS: Eropa Dilanda Inflasi Tinggi 7,5%, Harga Barang Meroket Dipicu Sanksi Energi Rusia

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Tusia Vladimir Putin tetap mengharuskan Uni Eropa membayar gas yang dibelinya dari Rusia dengan rubel. Foto Presiden Vladimir Putin di jaringan pipa gas Rusia di Vladivostok, 2011.

Perdana Menteri Italia Mario Draghi, mantan presiden Bank Sentral Eropa, menguraikan bagaimana masalah tersebut menimpa kalangan rumah tangga.

“Inflasi naik karena harga bahan baku naik, khususnya untuk bahan makanan. Merekalah (inflasi) yang paling memukul daya beli keluarga,'' kata Draghi kepada wartawan asing, Kamis (31/3).

“Kekurangan beberapa bahan baku menciptakan hambatan dalam produksi dan memaksa kenaikan harga lebih lanjut,” tambah Draghi.

Draghi mengatakan, selama inflasi tetap bersifat sementara, pemerintah dapat merespons dengan langkah-langkah anggaran.

Misalnya, membantu keluarga berpenghasilan rendah dengan biaya pemanas dan listrik yang lebih tinggi.

Tetapi jika itu menjadi masalah jangka panjang, responsnya harus struktural, katanya.

Putin Terus Mengancam

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menutup pasokan gas jika negara-negara asing tak bersahabat karena tak mau membayar dengan rubel.

Putin sebelumnya telah menandatangani dekrit yang menegaskan negara pembeli gas harus membuka rekening rubel di bank Rusia sejak Jumat (1/4/2022).

Permintaan Putin ini dinilai sebagai aksi untuk meningkatkan nilai rubel, yang sempat terpukul oleh sanksi Barat.

Dengan dekrit yang dikeluarkan itu maka negara asing yang membeli gas Rusia harus membuka rekening di bank Rusia, Gazprombank dan mentransfer euro atas dolar AS ke bank tersebut.

Setelahnya, Gazprombank akan menukarkannya ke rubel yang kemudian digunakan sebagai pembayaran untuk gas.

“Tak ada yang menjual apa pun kepada kami dengan gratis, dan kami juga tidak akan bersedekah. Itu saja, kontrak yang berjalan akan dihentikan,” ancam Putin dikutip dari BBC.

Menurut pengamat dan peneliti dari Institut Studi Energi Oxford, Jack Sharples, meski pembayaran gas dengan rubel efektif pada Jumat, pembeli Eropa tak akan membayarnya hingga pertengahan Mei.

Menurutnya, hal itu tak akan menjadi ancaman segera bagi suplai gas.

Putin mengatakan peralihan pembelian ke mata uang rubel dimaksudkan untuk memperkuat kedaulatan Rusia.

Sumber: BBC/Associated Press/Kompas.TV

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini