Perluasan aliansi ini ke negara-negara bekas Uni Soviet, menjadi salah satu dalih Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan serangan ke Ukraina.
Pada Maret lalu, Kepala Departemen Eropa Kementerian Luar Negeri Rusia, Sergei Belyayev mengatakan, Finlandia akan menghadapi konsekuensi politik yang serius jika masuk ke dalam NATO.
Sebelumnya, pada Selasa (5/4/2022) lalu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengungkapkan bahwa Finlandia dan Swedia akan diterima untuk bergabung dengan aliansi.
Apa yang terjadi jika Finlandia gabung NATO?
Masuknya Finlandia menjadi anggota NATO akan menjadi perubahan besar dalam lingkungan keamanan Eropa setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Keanggotaan Finlandia akan secara drastis mengubah peta pertarungan antara Rusia dan Barat.
Dikutip dari Foreign Policy, jika Finlandia bergabung dengan aliansi tersebut, total perbatasan darat antara wilayah NATO dan Rusia akan lebih dari dua kali lipat, dari sekitar 754 mil saat ini menjadi hampir 1.600 mil.
Sayap utara NATO akan semakin luas, melintasi perbatasan penuh dengan wilayah Murmansk dan Semenanjung Kola yang penting secara strategis di Rusia, di mana sebagian besar angkatan laut Rusia berpangkalan.
Wacana untuk bergabung dengan NATO juga terjadi di negara tetangga, Swedia.
Sama seperti Finlandia, Swedia menjadi negara netral atau non-blok selama beberapa dekade hingga wacana untuk bergabung dengan aliansi menguat, menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Bahkan dari kedua negara ini, publik Swedialah yang secara historis lebih terbuka untuk menjadi anggota aliansi militer daripada Finlandia.
Meskipun Finlandia semakin dekat dengan keanggotaan NATO daripada Swedia, sebagian besar analis dan diplomat setuju bahwa kedua negara ini adalah satu paket.
Jika satu bergabung, yang lain kemungkinan akan mengikuti.