Orang-orang ini menunjukkan kecemasan dan sensitifitas berlebihan terhadap Cina, termasuk menghebohkan teori "ancaman China".
Setelah Musk mengakuisisi Twitter, beberapa media Amerika bahkan mendesak Musk untuk memutuskan hubungan bisnisnya dengan Cina untuk "menjamin kebebasan berbicara."
Menurut Global Times di editorialnya, kesombongan yang ekstrem seperti itu secara jelas malah menunjukkan kelemahan Amerika.
Fenomena yang menarik adalah banyak diskusi terkait keamanan Cina yang mengandung berbagai “kepentingan pribadi” jika dicermati.
Elite Kaya Amerika Tebarkan Sinophobia
Beberapa pengusaha, seperti George Soros, menyalahkan Cina atas kegagalan mereka karena keputusan investasi yang salah di Cina.
Lainnya, menunjukkan kesetiaan mereka kepada AS. Misalnya, Jeff Bezos sering menekankan keamanan dengan postur patriotik yang menonjol.
Tetapi yang sebenarnya dia lihat adalah pesanan Pentagon yang sangat menguntungkan. Lebih banyak anggota parlemen dan politisi menyentuh topik Cina secara berlebihan.
Ancaman Cina dianggap menjadi pendekatan bisnis diam-diam atau kode untuk mencari perhatian.
Dari perspektif nasional, Sinophobia yang saat ini merajalela di masyarakat Amerika pada dasarnya tidak berbeda dengan "Japanophobia" yang merajalela di 1980-an dan 1990-an.
Dalam kedua kasus, AS menganggap negara-negara itu sebagai pesaing, di mana AS mencoba menekan dengan cara apa pun untuk memastikan keunggulan kompetitifnya sendiri.
Tapi akhir ceritanya akan berbeda karena Washington tidak mungkin bisa mengalahkan Cina dengan cara yang sama seperti memaksa Jepang untuk menandatangani Plaza Accord.
“Kami tidak akan pernah menyerah pada ancaman atau paksaan,” tulis Global Times.
Beijing mengingatkan, terus menerus mempersoalkan Cina tidak dapat menyelamatkan AS. Sebaliknya, itu akan terus mengintensifkan semua masalah yang dihadapi Washington.