News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Matinya Adolf Hitler

Cara Adolf Hitler Bunuh Diri, Tak Ingin Tubuhnya Bernasib Seperti Mussolini

Penulis: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Adolf Hitler

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Hari ini, 77 tahun lalu, tepatnya 30 April 1945, pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler dan istrinya Eva Braun dinyatakan tewas.

Tubuhnya dibakar di atas bunker Kerajaan Ketiga Nazi, dekat taman Kekanseliran Jerman yang sudah terkepung pasukan Rusia.

Jam-jam panjang hari itu diawali hari sebelumnya, Ketika Joseph Goebbels beranjak ke kamarnya selepas Subuh. Adolf Hitler baru saja masuk ke kamar pribadinya pada 29 April 1945.

Goebbels menuliskan surat wasiat dan testamen politiknya, yang ia nyatakan lampiran testamen Fuehrer. Testamen itu sampai ke tangan pasukaan Sekutu sesudah perang berlalu.

Goebbels, sang propagandis Nazi, teman setia Hitler menyatakan, ia untuk pertama dan terakhir kali mutlak menolak perintah pemimpinnya.

Baca juga: Intelijen Rusia Beber Kesaksian Hans Bauer, Bekas Pilot Pribadi Adolf Hitler

Baca juga: Sebut Peran AS Bak Hitler dan Napoleon, Ingin Kuasai Eropa, Rusia Harap Ukraina Buat Pilihan Sendiri

Oleh Hitler, sebenarnya Goebbels diperintahkan meninggalkan Berlin. “Istri dan anak-anak saya turut menyertai penolakan ini,” tulis Goebbels.

“Terlepas dari kenyataan, perasaan kemanusiaan dan kesetiaan pribadi melarang kami meninggalkan Fuehrer, dalam saat-saat yang sangat memerlukan,” tambahnya.

“Maka kalau saya berbuat lain, maka selama hidup saya kaan merupakan pengkhianat yang hina dan seorang bajingan, saya akan kehilangan harga diri dan kehilangan respek rakyat saya,” lanjut Goebbels.

Surat Wasiat Goebbels

Inti wasiat dan testamen Goebbels seperti itu. Atas dasar alasan kesetiaan tertinggi itulah, ia dan istrinya serta mewakili anak-anaknya, telah memutuskan untuk tetap di samping Fuhrer.

Mereka akan mengakhiri hidup, yang menurut Goebbels sudah tidak ada harganya lagi kalau ia tidak menggunakannya untuk mengabdi pada Hitler.

Testamen Hitler dan Goebbels dikirimkan ke Admiral Doenitz sebagai pemimpin baru militer Jerman. Tiga kurir ditugaskan menembus pengepungan Rusia di sekeliling Berlin.

Mereka terdiri Mayor Willi Johanmeier, ajudan militer Hitler. Kedua, Wilhelm Zender, perwira SS dan orang dkeat Martin Borman.

Orang ketiga Heinz Lorentz, pegawai Kementerian Propaganda yang menerima kabar pengkhianatan Heinrich Himler.

Dalam foto yang diambil pada 1942 ini terlihat Adolf Hitler bersama kekasihnya, Eva Braun. Keduanya kemudian menikah pada 29 April 1945 sebelum bunuh diri bersama sehari setelahnya. (Bundesarchiv via Wikipedia)

Sepanjang siang hingga sore itu, langit Berlin kelabu. Asap mesiu, kebakaran, dan sisa pengeboman memenuhi kota. Ketiga kurir itu berhasil menembus rumitnya berlapis kepungan Tentara Merah.

Sayang, Laksamana Doenitz dan Jenderal Schorner yang hendak mereka tuju, ternyata sudah ditahan pasukan Sekutu.

Testamen itu dikubur di suatu tempat rahasia, tapi akhirnya tetap bisa dikuasai pasukan Sekutu setelah Berlin jatuh.

Sepanjang hari itu banyak hal terjadi di bunker. Sejumlah perwira minta izin meninggalkan bunker, dan disetujui Hitler.

Sorenya, kabar buruk tiba dari Italia. Benitto Mussolini, teman dekat Hitler dan tokoh fasis, tertangkap dan dieksekusi bersama selirnya, Clara Petacci.

Kematian mengenaskan Mussolini sudah terjadi dua hari sebelumnya. Mayatnya dilemparkan ke tanah lapang dan kemudian digantung berhari-hari di pusat kota Milan.

Gambaran buruk itu kemungkinan semakin memperkokoh tekad Hitler, untuk tidak jatuh hidup-hidup ke tangan pasukan Rusia yang mengepungnya.

Hitler Siapkan Kematiannya di Bunker 

Menjelang malam, Hitler mempersiapkan kematiannya. Tiga anjing kesayangannya dieksekusi. Satu diracun, dua lain ditembak mati.

Dua sekretarisnya ia panggil, disodori kapsul racun sianida, jika mereka menghendaki. Frau Yunge, satu di antara sekretarisnya ia perintahkan menghancurkan berkas di laci meja ruangannya.

Hitler memerintahkan siapapun di bunker untuk tidak tidur sebelum ia perintahkan. Banyak yang menduga, waktunya telah tiba dan ini kesempatan mengucapkan selamat tinggal kepadanya.

Selepas malam, sekira pukul 02.30, Hitler keluar kamar, menuju ruang makan. Ada 20 orang di ruangan itu, kebanyakan perempuan dan para pembantu pribadinya.

Hitler menyalami semua yang berbaris di ruangan, pandangan matanya sayu, kelabu, dan seperti menembus I tembok-tembok bunker yang kokoh.

Sedikit kata-kata dan pesannya. Hitler kemudian masuk lagi ke kamar pribadinya. Mereka yang di luar diliputi ketegangan.

Sebagian berusaha mengusir rasa waswas di kantin sembari dansa-dansi hingga sedemikian ribut suaranya.

Martin Borman, yang masih tinggal di bunker, berusaha menggunakan inisiatifnya sendiri untuk mencoba menjangkau Doenitz.

Maksudnya, jika ia lolos, dan perang bisa dibalikkan situasinya, maka ia punya cantolan lagi untuk bertahan di kekuasaan Jerman.

Malam berlalu dan pagi menjelang. Suasana di tas bunker semakin buruk. Tentara Rusia sudah berkeliaran di lapangan di dalam Reichstag.

Hitler menggelar konfrenesi militer hariannya, bersama Borman, Goebbels, dan Jenderal Krebs dan beberapa perwira yang tersisa.

Tidak ada lagi harapan dari hasil analisis militer. Pertahanan kota sudah hancur, bantuan militer tidak bisa diharapkan lagi.

Hitler meneruskan santap siang pukul 14.30, didampingi Eva Braun dan dua sekretaris dan juru masaknya.

Saat bersamaan Erich Kempka, sopir pribadi Hitle rmenerima perintah menyiapkan 200 liter bensin. Susah payah ia mencari, dan hanya dapat 180 liter.

Setelah makan siang berakhir, Hitler mengajak Eva Braun mengucapkan selamat tinggal pada semua orang di ruangan.

Istri Goebbels yang cantik, tidak Nampak. Ia rupanya sedang menata hati, menguatkan mental, karena dalam posisi sulit harus membunuh enam anaknya yang masih kecil.

Ucapan selamat tinggal telah disampaikan Hitler dan istrinya. Mereka berjalan bersisian menuju kamar pribadinya.

Pintu ditutup. Beberapa detik kemudian, letusan revolver terdengar dari dalam kamar. Hanya satu kali. Mereka yang di luar menanti beberapa saat, menunggu letusan kedua jika ada.

Tapi itu tidak pernah terjadi. Hanya ada kesunyian panjang. Orang-orang lalu perlahan membuka pintu, masuk kamar dan mendapati jasad Hitler dan Eva Braun.

Tubuh Hitler telentang di sofa. Kepalanya berlumuran darah. Hitler menembakkan revolver lewat mulut menembus kepalanya.

Sedangkan Eva Braun tergeletak di sampingnya. Dua revolver tergeletak di lantai. Eva Braun rupanya memilih menelan kapsul sianida.

Waktu menunjukkan pukul 15.30 waktu Berlin, tanggal 30 April 1945, 76 tahun dari hari ini, 30 April 2021.

Pelayan Hitler dan ajudannya, Heinz Linge, lalu mengangkat tubuh Hitler yang terbungkus selimut tentara.

Kepala Hitler Rusak Akibat Tembakan 

Kepalanya yang rusak oleh tembakan, ditutup rapat. Sementara Goebbels membopong tubuh Eva Braun yang bersih tanpa darah dan luka., kemudian diserahkan ke Kempka.

Mayat-mayat itu dibawa ke taman istana, saat tembakan Rusia mereda. Jasad Hitler dan Braun ditempatkan di lubang bekas tembakan mortar.

Bensin dituangkan di atas tubuh-tubuh tak bernyawa, lalu dibakar. Martin Borman dan Jozeph Goebbels mengambil posisi di dekat pintu masuk bunker.

Saat nyala api membesar dan membubung, mereka mengangkat tangan tinggi-tinggi, memberi salut dan hormat perpisahan ala Nazi.

Tak menunggu api mereda, rombongan kecil itu menghilang ke dalam bunker. Api diharapkan menyelesaikan tugasnya, memusnahkan tubuh Hitler dan istrinya.

Bombardemen Rusia terus diarahkan ke Reichstag, bangunan besar nan megah yang jadi jantung Kerajaan Ketiga.

Kabar kematian Adolf Hitler, sang Fuehrer, belum tersiarkan secara publik. Sekutu dan Rusia belum juga mengetahuinya. Berlin belum sepenuhnya jatuh. (Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)

*) Cerita disarikan dari buku ‘The Last Days of Third Reich : William Shirer (1960)”

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini