Hanya ada 100 suara menentang dan tujuh abstain. Proposal itu didiusulkan koalisi yang berkuasa dan oposisi demokratik Kristen.
Mosi tersebut menyerukan percepatan pengiriman senjata yang lebih efektif, juga lebih berat dan sistem yang lebih kompleks oleh Jerman.
Anggota parleme Jermann, memberi catatan pengiriman senjata tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan kemampuan pertahanan Jerman sendiri.
Selama debat pengambilan keputusan, anggota parlemen dari sayap kanan alternatif Jerman dan partai kiri, menentang proposal tersebut.
Selain seruan agar persenjataan berat diberikan ke Ukraina, mosi tersebut juga mendukung semua langkah yang telah diambilpemerintahan Olaf Scholz.
Termasuk sanksi terhadap Rusia dan bantuan dalam penyelidikan dugaan kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina.
Selain itu, anggota parlemen mendukung dorongan pemerintah Jerman untuk membuat negara itu tidak terlalu bergantung pada energi Rusia.
“Bundestag Jerman mengutuk perang agresif brutal Rusia melawan Ukraina dengan cara yang sekuat mungkin,” bunyi mosi tersebut.
Dokumen itu juga menuduh Kremlin melanggar hukum humaniter internasional secara terang-terangan, serta berusaha menghancurkan tatanan perdamaian Eropa secara permanen.
Pada Selasa, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengumumkan pemerintah di Berlin memberikan lampu hijau pengiriman senjata anti-pesawat self-propelled ke Ukraina.
Dia menyampaikan kabar itu selama pembicaraan bersama Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di pangkalan udara Amerika Ramstein di negara bagian Rhineland-Palatinate Jerman.
Lambrecht menjelaskan Ukraina akan memesan perangkat keras dari pabrikan Jerman dan Jerman akan membayarnya.
Untuk mendanai skema tersebut, Berlin akan mengalokasikan sekitar dua miliar euro.
Menurut laporan di media Jerman, perusahaan pertahanan Krauss-Maffei Wegmann bisa mengirimkan sebanyak 50 senjata antipesawat self-propelled tipe Gepard.