Dalam rekaman suara yang kemudian diposting di YouTube, Jalali terdengar mengatakan bahwa interogatornya telah memaksanya untuk membuat beberapa pengakuan yang direkam dalam video.
Istrinya telah berkampanye selama bertahun-tahun untuk membersihkan namanya.
“Banyak pejabat peradilan dan keamanan Iran yang telah kami ajak bicara, yakin akan ketidakbersalahannya dan kesalahan hukuman matinya, tetapi tidak ada yang mau secara terbuka mengakui ini dan menerima tanggung jawab untuk membuat kesalahan,” kata Mehran Nia.
Tidak jelas pejabat mana yang dimaksud Mehran Nia. Dia mengatakan pengacara suaminya memberikan bukti yang membuktikan bahwa dia tidak bersalah kepada pengadilan satu setengah tahun yang lalu, tetapi menolak untuk meringankan hukuman matinya.
"Dia masih menghadapi risiko eksekusi," katanya.
Pakar hak asasi manusia PBB yang berafiliasi dengan Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengeluarkan pernyataan pada Februari 2018 yang menyerukan Iran untuk membatalkan hukuman mati Jalali dan membebaskannya.
Para ahli PBB mengatakan pemerintah Iran telah memberi tahu mereka bahwa Jalali telah diizinkan bertemu dengan pengacaranya dan panggilan telepon dengan keluarganya.
Tetapi para ahli mengatakan Iran "tampaknya" tidak memenuhi kewajiban internasionalnya untuk memberinya pengadilan yang adil dan kesempatan yang berarti untuk mengajukan banding atas hukumannya.
Vida Mehran Nia mengutip pengacaranya yang berbasis di Iran, Haleh Mousavian, yang mengatakan bahwa pejabat senior Iran telah membatalkan perintah pengadilan untuk memindahkan suaminya, Ahmad Reza Jalali, dari penjara Evin di Teheran ke penjara Rajaei Shahr di Karaj pada pukul 5 sore. Waktu Iran pada hari Selasa.
Identitas para pejabat yang konon membatalkan pemindahan penjara tidak diketahui, dan VOA tidak dapat memverifikasi secara independen penundaan tersebut, karena dilarang melaporkan di dalam Iran.
Mehran Nia mengatakan pengacara memberitahu kepadanya bahwa transfer Jalali ke Rajaei Shahr akan ditunda selama beberapa hari.
Dalam wawancara sebelumnya Selasa dengan VOA, Mehran Nia mengatakan dia memperkirakan pemindahan Jalali terjadi hari itu dan khawatir eksekusinya akan segera menyusul, berdasarkan pembaruan sebelumnya yang dia terima dari pengacara.
Dia juga mengatakan kontak langsung terakhir yang dia lakukan dengan Jalali adalah panggilan telepon 24 November di mana dia memberitahunya tentang transfer ke Rajaei Shahr.
Iran menahan Jalali, seorang peneliti kedokteran bencana yang telah pindah ke Swedia, pada April 2016 ketika ia kembali ke ibu kota Iran untuk konferensi ilmiah atas undangan Universitas Teheran.
Pihak berwenang menuduhnya bekerja sama dengan pemerintah asing yang bermusuhan dan menjatuhkan hukuman mati pada Oktober 2017.