Tawanan itu mengatakan dia memiliki sedikit pengalaman langsung dengan unit sayap kanan Ukraina, seperti resimen neo-Nazi Azov yang terkenal kejam.
Sementara unit tersebut berpartisipasi dalam pertempuran Mariupol bersama brigade Prebek, mereka hanya memiliki sedikit komunikasi dan komando yang sama sekali berbeda.
“Mereka memang berpartisipasi dalam pertahanan, tetapi kami mendapatkan garis perintah yang terpisah, benar-benar terpisah. Mereka bukan bagian dari angkatan bersenjata Ukraina,” katanya.
“Saya juga mendengar mereka (Azov sangat fasis dan Nazi. Saya juga mendengar tentang hal-hal buruk yang mereka lakukan terhadap warga, menangkap mereka bahkan mungkin menembaki kami pada suatu waktu,” bebernya.
“Saya mendengar ada banyak penjahat, pengguna narkoba (di antaranya). Saya sendiri tidak menyaksikan apa pun, tetapi saya telah diperlihatkan video yang mengerikan tentang apa yang mereka lakukan, kekejaman besar,” lanjut Prebek.
Prebek bersikeras dia tidak akan pernah mengangkat senjata lagi, mungkin bergabung dengan "beberapa badan amal" atau Palang Merah Internasional jika dia dibebaskan.
Ia mengakui, memperoleh kewarganegaraan Ukraina melalui wajib militer negara itu adalah keputusan salah.
“Saya percaya saya seharusnya mencari cara lain untuk mencapai kewarganegaraan Ukraina dan tidak bertugas di angkatan bersenjata,” akunya.
“Saya ingin bertahan, saya ingin hidup. Saya tidak ingin memegang senjata di tangan saya lagi dalam hidup saya,” kata Prebek.
“Saya ingin bersatu kembali dengan wanita yang saya temui di sini di Ukraina dan, mungkin, berbicara lebih banyak tentang kebenaran,” urainya.
Prebek menjelaskan ia diperlakukan baik setelah ditangkap. Menurut Prebek, dia dirawat di tahanan, diberi makan baik, dan diberikan bantuan medis yang diperlukan.
Nasib Prebek bagaimanapun, tetap tidak pasti, mengingat kewarganegaraan asingnya.
Di Republik Rakyat Donetsk (DPR) orang asing secara luas dianggap sebagai tentara bayaran, dan menjadi tentara bayaran mungkin akan mendapatkan hukuman berat bagi seorang pejuang, hingga hukuman mati.
Pria itu bersikeras dia adalah petempur sah dan anggota militer Ukraina.