Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febribana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Para analis menunjukan sulitnya menegakan sanksi Barat terhadap ekspor energi Rusia, karena sejak invasi ke Ukraina hampir sepertiga kapal tanker minyak yang dioperasikan oleh perusahaan transportasi laut terbesar Rusia dilaporkan berlayar tanpa memberikan informasi tujuannya.
Melansir dari Nikkei.com, berdasarkan data publik yang disediakan oleh MarineTraffic, pada bulan Maret dan April sebanyak 24 kapal dari 76 kapal tanker milik perusahaan perkapalan Rusia Sovcomflot, dilaporkan tidak memberikan informasi mengeni tujuan melaut mereka.
Sanksi dari pihak Barat telah mempersulit kapal-kapal Rusia untuk menemukan pelabuhan-pelabuhan yang bersahabat. Namun Rusia telah menawarkan diskon besar untuk minyak mentahnya, sehingga menarik para pembeli besar.
Dalam satu kasus, sebuah kapal tanker di lepas pantai Skotlandia yang akan berlabuh di Kepulauan Orkney, Skotlandia tiba-tiba berubah arah saat Inggris melarang kapal Rusia untuk masuk ke wilayahnya.
Kemudian pada 1 Maret, kapal tersebut menuju ke Denmark, namun tidak menurunkan muatannya di negara tersebut.
Baca juga: Tak Takut Ancaman Amerika, India Tetap Borong Minyak Rusia
Setelah hampir satu bulan berkeliaran di laut, kapal tanker tersebut mengubah statusnya menjadi “menunggu pesanan” selama lebih dari dua minggu, sebelum akhirnya membawa muatannya ke India pada akhir April lalu.
Sedangkan kapal Sovcomflot yang memberikan informasi tujuannya, dilaporkan menuju ke pelabuhan Rusia atau ke negera-negara seperti China yang telah menghindari kampanye sanksi terhadap Rusia yang dipimpin oleh pihak Barat.
Baca juga: PM Jepang Tegaskan Larang Impor Minyak dan Embargo Semua Produk Rusia
MarineTrafic dapat memberikan informasi atau data mengenai lokasi dan tempat yang dituju suatu kapal, dari peralatan onboard yang disebut sistem identifikasi otomatis (AIS), yang memungkinkan pergerakan kapal dilacak secara real time.
Menurut Japan Oil, Gas and Metals National Corp (JOGMEC), pada tahun 2021 Rusia tercatat mengekspor 5,33 juta barel per hari minyak mentah. Jaringan pipa darat dari China dan tujuan lainnya menyumbang sekitar 34 persen dari aliran ekspor ini, sementara sisanya dikirim melalui kapal.
Baca juga: Operator Ukraina Setop Aliran Gas Rusia ke Eropa di Stasiun Sokhranovka
Permintaan minyak mentah Rusia relatif lebih tinggi, berdasarkan data dari TankerTracker.com ekspor minyak Rusia ke China dan India masing-masing naik 15 persen dan 22 persen barel per hari, pada 24 April lalu.
Pengiriman minyak Rusia ke Belanda kini melonjak sekitar 20 persen.
Munculnya larangan Inggris dan sanksi keuangan Eropa dan Amerika Serikat telah memicu banyak perusahaan menghindari transaksi yang melibatkan kapal Rusia.
Salah satu sumber di perusahaan perdagangan melaporkan kepada Nikkei, para penyulingan minyak yang mendapat pasokan minyak Rusia telah mencari alternatif pasokan.
“Para penyulingan minyak yang telah mengangkut minyak mentah Rusia dengan panik mencari alternatif selain kapal Rusia. Pasar kapal tanker tidak memiliki cukup kapal.” ujarnya.
Kapal-kapal yang tidak memiliki informasi pelabuhan yang akan dituju, seringkali sedang menunggu keputusan dari pemiliknya, namun kapal tanker juga dapat dengan sengaja menyembunyikan tujuan mereka untuk melakukan bisnis secara rahasia.
Data dari TankerTrackers.com menunjukan, volume minyak mentah Rusia yang dikirimkan kapal tanpa informasi tujuan telah melonjak 17 kali lipat dari bulan Maret hingga April.
Seorang sumber dari JOGMEC, Daisuke Harada mengatakan untuk menghindari sanksi Barat, dokumen yang berkaitan dengan kapal Rusia bisa saja dipalsukan.
“Dokumen yang berkaitan dengan kapal atau muatannya mungkin telah dipalsukan, atau muatannya mungkin telah berulang kali dipindahkan antar kapal untuk menyembunyikan bahwa itu berasal dari negara yang terkena sanksi,” kata Daisuke Harada.
Sedangkan perusahaan riset risiko maritim, Windward mengungkapkan ada sebuah kasus kapal yang memanipulasi data, seperti mematikan transponder AIS wajib, untuk menutupi jejak mereka. Windward menambahkan, jumlah kapal tanker Rusia yang mematikan data posisi AIS telah meningkat 6 kali lipat dibandingkan sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Uni Eropa pada awal bulan ini mengatakan akan melarang impor minyak Rusia mulai tahun ini, namun dengan periode bertahap sebelum akhirnya secara penuh akan lepas dari energi Rusia. Menurut JOGMEC, lebih dari setengah ekspor minyak Rusia telah dikirim ke Eropa pada tahun 2020 lalu.