TRIBUNNEWS.COM, MINSK - Kepala Dewan Keamanan Belarusia, Alexander Volfovich menyatakan, pasukan Ukraina dalam jumlah signifikan telah dimobilisasi di beberapa lokasi sepanjang perbatasan Belarusia-Ukraina.
Menurut Volfovich dikutip Russia Today, Senin (23/5/2022), beberapa kelompok penyabot bahkan telah memasuki wilayah Belarus, sekutu dekat Moskow itu.
“Aksi sedang berlangsung di sepanjang perbatasan Ukraina-Belarus, memasang ranjau darat dan pembuatan barikade. Kelompok penyabot dan pengintai aktif menyusup ke wilayah Belarusia,” kata Volfovich kepada saluran TV Belarus-1.
Sekira 10.500 tentara Ukraina ditempatkan di wilayah barat laut Rovno, dengan 4.500 lainnya dikumpulkan di timur dekat Chernigov. Sementara 5.500 berkumpul di Ukraina tengah di luar Kiev.
Baca juga: Tentara Belarusia Gelar Latihan Perang Besar-besaran, Bakal Terlibat Perang Rusia-Ukraina?
Baca juga: Giliran Presiden Belarusia Kena Sanksi dari Australia, Imbas Dukung Rusia Invasi di Ukraina
Baca juga: 120 Perusahaan Rusia dan Belarusia Masuk Daftar Pembatasan Ekspor AS
Hubungan antara Minsk dan Kiev, yang sudah tegang, semakin memburuk sejak dimulainya operasi militer Rusia melawan Ukraina pada 24 Februari.
Pasukan Rusia menyerang Ukraina dari berbagai arah, termasuk dari wilayah Belarusia, memicu kekhawatiran Minsk mungkin terlibat langsung permusuhan.
Belarus, bagaimanapun, telah secara konsisten membantah rencana bergabung dengan Rusia dalam serangannya.
Rusia menyerang Ukraina menyusul kegagalan Kiev untuk menerapkan persyaratan perjanjian Minsk 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik secara paksa.
Beli Rudal Balistik Iskander
Perkembangan lain pekan sebelumnya, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan negaranya akan membangun sistem rudal baru atas bantuan Moskow.
Berbicara pada pertemuan dengan pejabat militer, Lukashenko mengatakan dia telah dijanjikan "dukungan penuh" dari Moskow.
Terutama pengembangan rudal yang serupa dengan yang digunakan dalam sistem rudal balistik jarak pendek Iskander.
Dia menambahkan masalah itu dibahas bulan lalu selama pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Dmitry Rogozin, Kepala Badan Antariksa Rusia Roscosmos.
“Di hadapan saya, Presiden (Putin) mengatakan kepada Rogozin untuk memberikan dukungan segera, jadi kami tidak akan membangunnya dari awal tetapi sebaliknya dapat menggunakan pengalaman para ahli rudal Rusia yang telah membangun Iskander,” kata Lukashenko.
Presiden Belarus mengatakan dia telah mencapai kesepakatan dengan Moskow untuk membeli rudal Iskander itu.
Belarus tetap mempertahankan sistem rudal pertahanan udara S-400 Rusia yang saat ini sudah ditempatkan di negara tersebut.
Rudal Iskander diluncurkan dari peluncur bergerak dan dapat menyerang target pada jarak hingga 500 kulometer (310 mil).
Rusia telah menggunakan rudal itu di Suriah dan, yang terbaru, selama kampanye militernya di Ukraina.
Sedangkan rudal S-400 adalah sistem pertahanan udara jarak jauh paling canggih di dunia, dan diproduksi perusahaan Rusia Almaz-Antey.
Menurut spesifikasinya, ia dapat mencapai target pada jarak hingga 400 kilometer, tergantung jenis rudal yang dipakai.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)